Kasula Rose dan Minggu Sukacita

Dec1612ParishReuters9a_zps692c72e4

Salah satu cara Gereja Katolik mewartakan iman ialah dengan menggunakan simbol-simbol, salah satunya ialah dengan menggunakan warna. Sebelumnya saya telah membahas tentang penggunaan warna hitam dalam Liturgi, kali ini warna yang akan dibahas ialah warna rose, yang saya terjemahkan sebagai warna merah muda.

Warna merah muda menghadirkan suasana sukacita, kegembiraan, dan kebahagiaan. Biasanya imam mengenakan kasula rose pada minggu ketiga masa Advent, yang disebut Gaudete Sunday (Minggu Sukacita), juga pada minggu keempat masa Prapaskah, yang disebut Laetare Sunday. Baik kata Gaudete maupun Laetare merupakan kata pertama yang diambil dari teks Introit pada kedua minggu tersebut, yang keduanya sama-sama berarti sukacita. Berikut ini saya hadirkan teks Minggu Gaudate dan Laetare secara berurutan:

“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah. Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”

“Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya.”

Teks Introit dan warna merah muda yang digunakan ini menunjukkan adanya harmoni dan kesatuan dalam Liturgi untuk membangkitkan suasana sukacita di hati umat beriman. Tetapi, mungkin anda bertanya: bukankah pada masa Advent dan Prapaskah, suasana yang lebih kental ialah suasana pertobatan, yang tentunya menggambarkan atmosfir yang penuh kesedihan, penyesalan akan dosa, dan karenanya suasana tersebut menjadi terasa muram?

111211-CASALBOCCONE-4ANah, hal ini perlu diperhatikan: benar bahwa suasana pertobatan dan penyesalan akan dosa manusia memberikan nuansa yang agak suram. Pada masa Advent, warna merah muda ini berkata kepada kita, lihat, sebentar lagi Tuhan akan datang ke dunia. Ia adalah penyelamat dunia, Ia membebaskan kita dari dosa-dosa kita. Tuhan akan datang, tapi Ia belum datang. Jadi, dalam masa penantian ini, minggu Gaudete mengajak kita untuk bersukacita, namun ini sukacita yang meluap-luap, karena ia masih bercampur dengan kesedihan.

Penggunaan warna merah muda ini, pada masa Advent dan Prapaskah, bertujuan untuk sedikit meringankan suasana yang terlihat gelap dan muram, bahwa sekalipun kita menyesal akan dosa kita, namun janganlah berputus asa.

Pada pertengahan masa Prapaskah, warna merah muda ini memberikan dorongan pada kita untuk melanjutkan pertobatan kita dan tetap memiliki harapan, karena sebentar lagi kita akan merayakan Paskah, mengenang cinta Kristus yang tak berkesudahan, yang mengorbankan diri hingga wafat di salib untuk menebus dosa-dosa manusia.

Sayangnya, di Indonesia sendiri tampaknya masih banyak imam yang belum menggunakan kasula rose atau merah muda. Bisa jadi mereka belum memiliki kasula rose tersebut. Nah, bagi umat beriman yang mungkin ingin memberikan hadiah bagi imamnya, bisa memberikan kasula rose tersebut, dengan cara memesannya di website Tradisi Katolik Dot Org (silakan klik). Kalau anda melakukannya, maka anda sudah membantu melestartikan tradisi Gereja yang indah ini.

4 komentar

  1. Frengky · · Balas

    Minggu kemarin saya bertanya pada seorang Romo di paroki saya, “Mengapa warna liturgi hitam jarang atau tidak pernah dipakai sama sekali dalam perayaan ekaristi dan dalam misa dukacita, seperti misa requiem”
    Romo menjawab, alasanya karena musim atau iklim yang berbeda, salah satunya panas.

    Apakah alasan ini dapat dibenarkan?

    Suka

    1. Kalau misanya dilakukan di dalam Gereja dengan AC, rasanya tidak dapat dibenarkan.

      Suka

  2. Maria Sulistyowati · · Balas

    Dalam penggunaan warna liturgi rose, apakah berlaku u semua petugas liturgi atau hanya Imam/uskup/paus (pemimpin perayaan Ekaristi) sj?

    Suka

    1. Hanya berlaku untuk pemimpin perayaan Ekaristi saja.

      Suka

Pengunjung bertanggung jawab atas tulisannya sendiri. Semua komentar harus dilandasi oleh cinta kasih Kristiani. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Kami berhak untuk tidak menampilkan atau mengubah seperlunya semua komentar yang masuk.