Video yang bagus tentang penjelasan mengapa orang Katolik merayakan Natal pada tanggal 25 Desember
Video yang bagus tentang penjelasan mengapa orang Katolik merayakan Natal pada tanggal 25 Desember
Cornelius pada Persiapan Batin Sebelum Pengak… | |
Tanto pada Persiapan Batin Sebelum Pengak… | |
Nungki pada [Review] “Seorang Eksors… | |
Cornelius pada Tentang Cinta Sejati | |
Florentine SR pada Tentang Cinta Sejati |
"Sekarang ini, memiliki iman yang jelas yang didasarkan pada Pengakuan Iman Gereja, sering dicap sebagai fundamentalisme. Sementara relativisme, yang membiarkan seseorang 'terlempar ke sana kemari, terbawa oleh setiap belitan pengajaran', tampak seperti satu-satunya sikap yang diterima pada zaman modern. Kita sedang membangun sebuah kediktatoran relativisme yang tidak mengenal apapun sebagai hal yang definitif dan yang tujuan akhirnya semata-mata meliputi ego dan keinginan orang itu sendiri. Akan tetapi, kita memiliki tujuan yang berbeda: Putra Allah, Manusia yang sejati. Dia adalah tolok ukur humanisme yang sejati. Iman yang 'dewasa' bukanlah iman yang mengikuti tren kebiasaan dan hal-hal baru; iman dewasa yang matang berakar secara mendalam pada persahabatan dengan Kristus. Persahabatan inilah yang membuka diri kita kepada segala yang baik dan memberi kita sebuah kriterium untuk membedakan yang benar dari yang salah, dan kebohongan dari kebenaran."
"Saya ingin menegaskan fakta yang sangat penting: Allah, dan bukan manusia, yang menjadi pusat liturgi Katolik. Kita datang untuk menyembah Dia. Liturgi bukan tentang Anda dan saya; liturgi bukanlah tempat kita merayakan identitas kita, atau pencapaian, ataupun pemuliaan, liturgi bukanlah tempat untuk mendukung budaya dan kebiasaan religius lokal kita. Liturgi, pertama dan terutama, adalah tentang Allah dan apa yang telah Dia lakukan bagi kita."
"Banyak sekali umat beriman yang mengungkapkan keprihatinan mereka yang mendalam akan Gereja di masa sekarang kepada saya, yakni ketika tampak ada begitu banyak kebingungan tentang kebenaran dogmatis yang mendasar dan kebenaran moral. Saya mendorong mereka untuk memperdalam pemahaman mereka tentang ajaran dan disiplin Gereja dan menyuarakan keprihatinan mereka, supaya para gembala dapat memahami kebutuhan yang mendesak untuk menyuarakan kebenaran iman dengan jelas dan berani, serta mengaplikasikan kembali disiplin yang diperlukan untuk menjaga kebenaran yang sama ini dengan kasih dan ketegasan."
"Orang-orang sering datang ke Misa karena mereka memiliki kebutuhan untuk hadir di hadapan Allah. Ini tidak salah. Tapi prioritasnya adalah pada adorasi, pujian, syukur, dan perdamaian, bukan pada diri kita dan apa yang kita butuhkan. Lebih keliru lagi bila orang-orang datang ke Misa untuk menikmati musik, untuk mengagumi pengkhotbah, untuk memamerkan talentanya, atau untuk ikut serta dalam kekaguman dan pengakuan timbal balik antara imam dan umat. Bila kita mengizinkan Ekaristi Kudus untuk mengerahkan kekuatan agungnya dalam panggilan dan misi Kristiani kita, kita harus belajar untuk melihatnya pertama dan terutama sebagai tindakan penyembahan yang diarahkan kepada Allah."
"Misa yang dipersembahkan dalam cara ini (Misa Latin Tradisional) memupuk iman kita, memupuk panggilan kita. Dan banyak orang di kota asal saya, Shanghai, yang dikuatkan ... dengan menerima iman dari Misa ini, pada masa penganiayaan mereka begitu kuat."
“Allah telah menciptakanku untuk melakukan suatu pelayanan tertentu bagi-Nya; Dia telah mempercayakan suatu pekerjaan kepadaku yang tidak Dia percayakan kepada orang lain. Aku memiliki misiku—Aku mungkin tidak pernah mengetahui apa itu dalam hidup ini, tapi aku akan diberitahu tentang misiku itu dalam kehidupan selanjutnya ... Namun, aku memiliki bagian dalam karya agung ini; aku adalah sebuah penghubung dalam rantai ini, sebuah penghubung antar pribadi."
"Tidak sampai 100 orang di dunia yang benar-benar membenci Gereja Katolik, namun ada jutaan orang yang membenci apa yang mereka salah mengerti sebagai Gereja Katolik."
"Kita tidak membutuhkan agama untuk memberitahu hal yang benar ketika kita melakukan hal yang benar. Apa yang kita butuhkan adalah agama yang memberitahu kita apa yang benar ketika kita melakukan kesalahan."
Requiescat in pace,
Robby Kristian Sitohang, OFS
Pendiri blog Indonesian Papist
(12 April 1992 - 09 Februari 2014)