The Happy Priest: Menemukan kebebasan sejati melalui ketaatan kepada Tuhan

Oleh Rm. James Farfaglia

Ketaatan merupakan kebajikan yang sangat sukar karena terkadang kebenaran benar-benar menyakitkan

Ketaatan merupakan kebajikan yang sangat sukar karena terkadang kebenaran benar-benar menyakitkan. Tapi, kita harus menyesuaikan hidup kita kepada kehendak Tuhan, bukan kita. Saya untuk satu akan terus memberitakan Injil dan ajaran Gereja Katolik, meskipun hanya tersisa lima orang dibangku gereja. Gereja Katolik bukan menjalankan kontes ketenaran. Kebenaran harus selalu dijelaskan dengan kebaikan hati dan kesabaran, tetapi kita tidak akan pernah mengkompromikan kebenaran itu sendiri.

CORPUS CHRISTI, TX (Catholic Online)- Ketaatan berasal dari kata Latin ob-audire yang berarti untuk mendengar atau untuk mendengarkan. Sebagai orang terbabtis Katolik merupakan kewajiban kita untuk patuh kepada Tuhan dan untuk mematuhi ajaran Gereja-Nya. Kepatuhan kepada Tuhan dan kepatuhan kepada Gereja-Nya merupakan pengalaman yang paling membebaskan yang diketahui oleh pribadi manusia.

“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.” (Matius 7:24).

Ketaatan memberikan kita kebebasan mutlak karena kita tidak berkubang didalam dosa, pikiran, keraguan dan kesalahan. Mari kita menginggat apa yang Yesus katakan dilain tempat di dalam Injil: “kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh 8:32).

Kita semua tahu kita hidup didalam masa kekacauan. Ada kekacauan di dalam Gereja Katolik, ada kekacauan didalam masyarakat dan ada kekacauan di dalam kehidupan berkeluarga. Kenapa begitu banyak kekacauan? Ketidaktaatan. Orang tidak mendengarkan. Orang melakukan urusan mereka sendiri.

Mari lihat salah satu contoh yang datang kepada kita melalui pemberitaan media. Pada waktu ketika Yohanes Paulus meneruskan perjalan ke rumah abadi dan Kardinal Ratzinger terpilih sebagai penerusnya, pemberitaan media memberikan kita sebuah jendela jelas kedalam, sebuah pemberontakan terbuka masih terjadi di dalam Gereja Katolik.

CNN/USA TODAY/GALLUP Poll menemukan bahwa 79% dari Katolik yang mengisi poling mengatakan Paus yang baru harus merubah ajaran Gereja tentang kontrol kelahiran. 63% mengatakan bahwa Imam harus dibolehkan untuk menikah. 59% ingin merubah pelarangan Gereja tentang embrio stem-penelitian cell. 55% mengatakan bahwa wanita harus bisa di tahbiskan menjadi Imam. 37% menginginkan perubahan atas sikap Gereja melawan aborsi. Selain itu 49% percaya Gereja harus merubah ajarannya tentang perceraian.

Sebagai Imam Katolik saya terus menerus dikritik oleh beberapa dan diabaikan oleh orang lain karena saya berdiri tegak dan dengan penuh percaya diri, dengan Paus dan semua ajaran Gereja. Saya mendengar komentar dari orang yang mengatakan bahwa beberapa orang tidak datang ke paroki saya karena mereka diberitahu apa yang harus dilakukan atau karena saya terlalu keras. Kita hidup didalam jaman pemberontakan, ketidakpatuhan dan apostasy [cat. dari penterjemah: penyangkalan mutlak terhadap iman Kristiani]. Kebanyakan orang tidak mau mendengar kebenaran dan kebanyakan orang tidak mau diberi tahu bagaimana menjalani hidup mereka, bahkan dalam aspek yang paling fundamental dari cara hidup orang Kristen.

Sebenarnya, kita bisa berbalik ke bagian lain dari Kitab Suci dan menemukan gambaran jelas pada waktu yang kita jalani sekaran ini. St. Paulus, surat keduanya mengatakan kepada Timotius: “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!” (2Tim 4:3-5)

Waktu yang pasti akan datang. Saya percaya bahwa kita hidup dijaman yang St.Paulus prediksikan.

Apakah anda ingat homily Kardinal Ratzinger sebelum rapat Kardinal memilih dia sebagai Paus Benediktus XVI? Dia berbicara kepada kita tentang kediktatoran dari relativisme. Inilah keadaan sekarang didalam Gereja dan didalam masyarakat kita.

Mari kita mengingat perkataan dari Kardinal Ratzinger: “Kita, bagaimanapun,  memiliki tujuan berbeda: Putra Allah, benar-benar manusia. Dialah ukuran dari humanisme yang sesungguhnya. Iman yang “dewasa” bukan iman yang mengikuti tren yang sudah menjadi kebiasaan dan hal-hal baru terakhir; iman yang dewasa mengakar dalam didalam persahabatan dengan Kristus. Persahabatan inilah yang membuka kita menuju kepada hal yang baik dan memberikan kita standar yang digunakan untuk membedakan yang benar dari yang salah, dan kebohongan dari kebenaran.”

Hari ini, kita semua tahu bahwa Gereja, masyarakat dan keluarga berada didalam keadaan kekacauan karena kebanyakan orang tidak mau mendengarkan dan kebanyakan orang melakukan perbuatan mereka sendiri. Apa yang seharusnya anda lakukan sekarang ini dan krisis yang sedang berjalan saat ini? Setialah dalam iman dan bertekunlah.

“Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu.” (Ul 11:18)

Hidup dan belalah Sepuluh Perintah Allah. Hidup dan belalah Kitab Suci. Hidup dan belalah semua ajaran Gereja Katolik.

Kita semua tahu bahwa hari ini semua orang bisa menemukan Imam yang akan mengatakan kepada mereka apapun yang mereka mau dengar. Kita memiliki hadiah yang hebat dari Katekismus Gereja Katolik. Jika ada Imam yang mengatakan sesuatu yang tidak ada disana, tinggalkan. Temukan seorang Imam yang setia, berbicara kebenaran dan memiliki keberanian untuk mengambil sikap.

Ketaatan merupakan kebajikan yang sangat sukar karena terkadang kebenaran benar-benar menyakitkan. Tapi, kita harus menyesuaikan hidup kita kepada kehendak Tuhan, bukan [kehendak] kita.

Amat disayangkan, hari ini, kebanyakan orang Amerika tidak mau mendengar kebenaran. Dalam kehidupan saya sebagai imam paroki saya sudah melihat orang pergi meninggalkan kebenaran hanya demi semangkuk kacang. Sebagian besar, yang mereka semua ingin lakukan adalah melanjutkan gaya hidup tak bermoral mereka. Katekismus Gereja Katolik dengan hebat menjelaskan hubungan antara pelanggaran susila sekual dan kehilangan iman dengan perkataan ini:

“Sabda bahagia keenam menyampaikan: “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah”. Hati yang murni merujuk kepada mereka yang telah membiasakan pikiran dan kemauan mereka untuk tuntutan kekudusan Allah, terutama didalam tiga arena: cinta kasih; kemurnian atau kejujuran seksual ; kasih dari kebenaran dan ortodoksi iman” (KGK2518)

Saya untuk satu akan terus memberitakan Injil dan ajaran Gereja Katolik, meskipun hanya tersisa lima orang dibangku gereja. Gereja Katolik bukan menjalankan kontes ketenaran. Kebenaran harus selalu dijelaskan dengan kebaikan hati dan kesabaran, tetapi kita tidak akan pernah mengkompromikan kebenaran itu sendiri. Saya sangat gembira sekali fakta bahwa orang muda dan keluarga muda yang lapar akan Katolik-isme yang sesungguhnya. Saya sangat gembira sekali melihat begitu banyak orang muda dan keluarga muda di parokiku. Mereka memberikan harapan kepada masa depan. Mereka benar-benar mendapatkannya dan mereka membuat pilihan heroik dalam rangka untuk menjalani hidup sesuai Injil dalam dunia yang sangat menantang.

“Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk: berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal.” (Ul 11:26-28)

—-

Romo James Farfaglia, The Happy Priest, adalah Pastor dari Santa Helena Salib Asli dari Yesus Gereja Katolik di Corpus Cristi, Texas dan juga anggota dari Board Direktur Human Life International. Anda bisa menunjungi website Romo James di www.fatherjames.org

sumber

Pengunjung bertanggung jawab atas tulisannya sendiri. Semua komentar harus dilandasi oleh cinta kasih Kristiani. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Kami berhak untuk tidak menampilkan atau mengubah seperlunya semua komentar yang masuk.