Mengapa Allah Memerintahkan untuk Membunuh dalam Perjanjian Lama?

Update 18 Feb 2012 Baca juga penjelasan dari katolisitas.org : Tentang Allah membunuh di Perjanjian Lama dan Bible Inerrancy

Dalam kitab suci Perjanjian Lama, kita bisa melihat bagaimana Allah memerintahkan manusia lainnya untuk membunuh. Allah sendiri lah yang memerintahkan pembunuhan terhadap orang-orang dalam Perjanjian Lama, seperti yang bisa dilihat di ayat-ayat berikut :

Ulangan 7 : 1-5

1 “Apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih kuat dari padamu, 2 dan TUHAN, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka. 3 Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki 4 sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku, sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memusnahkan engkau dengan segera. 5 Tetapi beginilah kamu lakukan terhadap mereka: mezbah-mezbah mereka haruslah kamu robohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, tiang-tiang berhala mereka kamu hancurkan dan patung-patung mereka kamu bakar habis.

Ulangan 20: 16-17

16 Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kaubiarkan hidup apapun yang bernafas, melainkan kautumpas sama sekali, yakni orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi, dan orang Yebus, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu,

Terdapat beberapa pertanyaan yang mungkin bisa mengguncangkan pemikiran umat awam tentang kebaikan dan kerahiman Allah :

  • Apakah Allah memerintahkan pembunuhan itu saja tanpa alasan?
  • Mengapa Allah memerintahkan manusia untuk mengambil kehidupan orang lain?
  • Mengapa Ia tidak menggunakan bencana alam (seperti pada kisah Nuh) untuk mengambil nyawa manusia?
  • Apakah dengan demikian Allah memang kejam?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita kembali kepada dua kisah dimana Allah memang membunuh manusia : kisah banjir besar jaman Nabi Nuh serta kisah Sodom dan Gomorah.

Kisah Nabi Nuh

Kej 6 : 5-14

5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, 6 maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. 7 Berfirmanlah TUHAN: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.” 8 Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN. 9 Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah. 10 Nuh memperanakkan tiga orang laki-laki: Sem, Ham dan Yafet. 11 Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan. 12 Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi. 13 Berfirmanlah Allah kepada Nuh: “Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi. 14  Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kaubuat berpetak-petak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam.

Berdasarkan cerita diatas, ada beberapa hal yang dapat kita pelajari :

  1. Pada awal cerita, dikatakan bahwa Tuhan melihat manusia melakukan kejahatan di bumi (ayat 4)
  2. Karena kejahatan tersebut sudah tak dapat ditolerir lagi, Allah menjadi marah dan ingin membunuh manusia atas dosa-dosa yang dilakukan  (ayat 7)
  3. Meskipun demikian, Tuhan masih berkehendak untuk menyelamatkan manusia yang tidak berdosa seperti Nuh (ayat 8), bahkan Tuhan memerintahkan Nuh untuk membuat bahtera (ayat 14)
  4. Dalam 2 Pet 2 : 5, Nuh disebut pemberita kebenaran :

2 Pet 2 : 5 dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik;

Dari ayat diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa ketika Nuh mempersiapkan untuk membangun sebuah bahtera, maka kemungkinan besar ia pasti memberi tahu kepada orang lain tentang akan adanya banjir besar. Ada rentang waktu antara proses pembuatan bahtera Nuh dan turunnya banjir besar, sehingga bagi manusia, masih ada kesempatan untuk bertobat :

1 Pet 3 : 20 yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.

Kisah Sodom dan Gomorah :

Kej 19 : 13-29

13 sebab kami akan memusnahkan tempat ini, karena banyak keluh kesah orang tentang kota ini di hadapan TUHAN; sebab itulah TUHAN mengutus kami untuk memusnahkannya.” 14 Keluarlah Lot, lalu berbicara dengan kedua bakal menantunya, yang akan kawin dengan kedua anaknya perempuan, katanya: “Bangunlah, keluarlah dari tempat ini, sebab TUHAN akan memusnahkan kota ini.” Tetapi ia dipandang oleh kedua bakal menantunya itu sebagai orang yang berolok-olok saja. 15 Ketika fajar telah menyingsing, kedua malaikat itu mendesak Lot, supaya bersegera, katanya: “Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anakmu yang ada di sini, supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini.” 16 Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana 17 Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: “Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap.” 18 Kata Lot kepada mereka: “Janganlah kiranya demikian, tuanku. 19 Sungguhlah hambamu ini telah dikaruniai belas kasihan di hadapanmu, dan tuanku telah berbuat kemurahan besar kepadaku dengan memelihara hidupku, tetapi jika aku harus lari ke pegunungan, pastilah aku akan tersusul oleh bencana itu, sehingga matilah aku. 20 Sungguhlah kota yang di sana itu cukup dekat kiranya untuk lari ke sana; kota itu kecil; izinkanlah kiranya aku lari ke sana. Bukankah kota itu kecil? Jika demikian, nyawaku akan terpelihara.” 21 Sahut malaikat itu kepadanya: “Baiklah, dalam hal inipun permintaanmu akan kuterima dengan baik; yakni kota yang telah kau sebut itu tidak akan kutunggangbalikkan. 22 Cepatlah, larilah ke sana, sebab aku tidak dapat berbuat apa-apa, sebelum engkau sampai ke sana.” Itulah sebabnya nama kota itu disebut Zoar. 23 Matahari telah terbit menyinari bumi, ketika Lot tiba di Zoar. 24 Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit; 25 dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah. 26 Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam. 27 Ketika Abraham pagi-pagi pergi ke tempat ia berdiri di hadapan TUHAN itu, 28 dan memandang ke arah Sodom dan Gomora serta ke seluruh tanah Lembah Yordan, maka dilihatnyalah asap dari bumi membubung ke atas sebagai asap dari dapur peleburan. 29 Demikianlah pada waktu Allah memusnahkan kota-kota di Lembah Yordan dan menunggangbalikkan kota-kota kediaman Lot, maka Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu.

Beberapa hal yang dapat kita pelajari dari cerita tersebut :

  1. Pada Kej 18 : 20 Tuhan sudah mengetahui bahwa orang-orang Sodom dan Gomorah sudah melakukan dosa yang sangat berat
  2. Kemudian ketika Allah hendak melihat apakah memang benar seperti, itu, Abraham melakukan “tawar menawar” kepada Allah, agar Allah tidak melenyapkan semuanya. Dan Allah sendiri pada akhirnya berkata bahwa bila ada 10 orang benar, ia tidak akan memusnahkannya (bac Kej 18 : 21-33).
  3. Ketika banyak laki-laki datang ke rumah Lot dan meminta kedua tuan (yang adalah malaikat) untuk keluar agar mereka bisa “memakainya”, maka Lot berusaha mengingatkan orang tersebut bahwa perbuatan mereka salah (Kej 19: 7-9)
  4. Namun mereka tetap berbuat jahat, sehingga Tuhan mengutus kedua malaikatnya untuk menghancurkan kota tersebut, lalu menyelamatkan Lot karena Tuhan mengasihani dia (Kej 19 : 13-17, 2 Pet 2 : 7)
  5. Sebelumnya Abraham sudah membebaskan Sodom dan Gomorah. Lalu 25 tahun setelah pertemuan Abraham dan Melkisedek, barulah Allah mulai berkehendak untuk membinasakan Sodom dan Gomorah.
  6. Allah kemudian menghancurkan Sodom dan Gomora dengan menurunkan hujan belerang dan api (Kej 19 : 24-46)

Berdasarkan kedua kisah diatas, terdapat pola yang mirip, antara lain :

  1. Allah melihat bahwa manusia banyak melakukan dosa, dimana karena ketidakbertobatan mereka menyebabkan Allah murka dan membinasakan mereka
  2. Sebelum Allah menjatuhkan penghakiman, Allah memberi mereka waktu untuk bertobat
  3. Bila ditemukan orang-orang yang tidak berdosa, Allah akan menyelamatkan mereka
  4. Bila batas waktunya telah tiba, maka Allah akan menjatuhkan penghakiman atas mereka
Apakah hal yang sama juga terdapat dalam genosia di Kitab Yosua? Mari kita melihat penjelasannya berikut ini.

Pembunuhan dalam Kitab Yosua

Yosua 11 : 12-20

12 Selanjutnya segala kota kepunyaan raja-raja itu dan semua rajanya dikalahkan Yosua dan dibunuhnya dengan mata pedang. Mereka ditumpasnya seperti yang diperintahkan Musa, hamba TUHAN itu. 13 Tetapi kota-kota yang letaknya di atas bukit-bukit puing tidaklah dibakar oleh orang Israel, hanya Hazor saja yang dibakar oleh Yosua. 14 Segala barang dari kota-kota itu serta ternaknya telah dijarah orang Israel. Tetapi manusia semuanya dibunuh mereka dengan mata pedang, sehingga orang-orang itu dipunahkan mereka. Tidak ada yang ditinggalkan hidup dari semua yang bernafas. 15 Seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, hamba-Nya itu, demikianlah diperintahkan Musa kepada Yosua dan seperti itulah dilakukan Yosua: tidak ada sesuatu yang diabaikannya dari segala yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 16 Demikianlah Yosua merebut seluruh negeri itu, pegunungan, seluruh Tanah Negeb, seluruh tanah Gosyen, Daerah Bukit, serta Araba-Yordan, dan Pegunungan Israel dengan tanah rendahnya; 17 mulai dari Pegunungan Gundul, yang mendaki ke arah Seir, sampai ke Baal-Gad di lembah gunung Libanon, di kaki gunung Hermon. Semua rajanya ditangkapnya, dan dibunuhnya. 18 Lama Yosua melakukan perang melawan semua raja itu. 19 Tidak ada satu kotapun yang mengadakan ikatan persahabatan dengan orang Israel, selain dari pada orang Hewi yang diam di Gibeon itu, semuanya telah direbut mereka dengan berperang. 20 Karena TUHAN yang menyebabkan hati orang-orang itu menjadi keras, sehingga mereka berperang melawan orang Israel, supaya mereka ditumpas, dan jangan dikasihani, tetapi dipunahkan, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.

Kisah diatas menceritakan bagaimana Yosua membunuh manusia dan menghancurkan kota seperti yang diperintahkan Allah. Allah sendiri lah yang memerintahkan pembunuhan tersebut kepada Yosua.

Kitab Yeremia  menggambarkan suatu peristiwa bahwa Allah bisa menggunakan kekuatan alami untuk menghukum orang-orang, kadang Ia juga menggunakan bangsa lain untuk menjadi “palu godam dan senjata perang”. Ini adalah apa yang Allah lakukan dengan Yosua berkaitan dengan orang Kanaan.

Yer 51 : 11, 20-23

11 Lancipkanlah anak-anak panah, siapkanlah perisai-perisai! TUHAN telah membangkitkan semangat raja-raja Media, sebab rencana-Nya terhadap Babel ialah untuk memusnahkannya: itulah pembalasan TUHAN, pembalasan karena bait suci-Nya!

20 Engkau tadinya adalah palu godam bagi-Ku, senjata perang: Dengan engkau Aku menghancurkan bangsa-bangsa, dengan engkau Aku memusnahkan kerajaan-kerajaan, 21 dengan engkau Aku menghancurkan kuda dan pengendaranya, dengan engkau Aku menghancurkan kereta dan penunggangnya, 22 dengan engkau Aku menghancurkan orang laki-laki dan perempuan, dengan engkau Aku menghancurkan orang tua dan muda, dengan engkau Aku menghancurkan teruna dan dara, 23 dengan engkau Aku menghancurkan gembala dan kawanan dombanya, dengan engkau Aku menghancurkan petani dan lembu pembajaknya, dengan engkau Aku menghancurkan bupati-bupati dan pembesar-pembesar!

Namun hal ini menimbulkan pertanyaan : Mengapa orang Kanaan harus dihancurkan? Jawabannya diberikan dalam kitab Kejadian dan Ulangan. Pada salah satu kasus, kehancuran diakibatkan karena banyaknya dosa yang dilakukan, ini juga adalah alasan yang sama kenapa kemanusiaan dihancurkan oleh Banjir dan mengapa Sodom dan Gomorah juga dihancurkan. Referensi pertama merujuk pada”kedurjanaan orang Amori” yang terjadi dalam nubuat Allah yang diberikan pada Abraham dalam Kejadian 15 :

Kej 15 : 13-14, 16

13 Firman TUHAN kepada Abram: “Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya. 14 Tetapi bangsa yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak. 16 Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap.”

Disini Allah memberitahu Abraham bahwa Israel akan datang ke tanah mereka hanya ketika “kedurjanaan orang Amori” tergenapi – atau, ketika mereka telah berdosa begitu banyak sehingga tidak tersisa harapan bagi mereka, hanya penghakiman. Nah, ketika kedurjaan itu belum tergenapi, sekali lagi kita melihat adanya rentang waktu yang memungkinkan mereka untuk bertobat.

Ulangan 9 menunjukkan alasan mengapa  Allah menyatakan pada Yosua untuk melakukan pemusnahan orang Amori :

Ulangan 9 : 1, 4-6

1 “Dengarlah, hai orang Israel! Engkau akan menyeberangi sungai Yordan pada hari ini untuk memasuki serta menduduki daerah bangsa-bangsa yang lebih besar dan lebih kuat dari padamu, yakni kota-kota besar yang kubu-kubunya sampai ke langit… 4 Janganlah engkau berkata dalam hatimu, apabila TUHAN, Allahmu, telah mengusir mereka dari hadapanmu: Karena jasa-jasakulah TUHAN membawa aku masuk menduduki negeri ini; padahal karena kefasikan bangsa-bangsa itulah TUHAN menghalau mereka dari hadapanmu. 5 Bukan karena jasa-jasamu atau karena kebenaran hatimu engkau masuk menduduki negeri mereka, tetapi karena kefasikan bangsa-bangsa itulah, TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu, dan supaya TUHAN menepati janji yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub.6 Jadi ketahuilah, bahwa bukan karena jasa-jasamu TUHAN, Allahmu, memberikan kepadamu negeri yang baik itu untuk diduduki. Sesungguhnya engkau bangsa yang tegar tengkuk!”

Pemindahan bangsa Amori terjadi karena kefasikan (wickedness) mereka sendiri, yang mereka bangun sejak masa Abraham. Poin menarik lainnya adalah bagaimana Allah mengulangi tiga kali kepada Israel bahwa mereka tidak memiliki tanah tersebut karena jasa-jasa mereka, melainkan karena kefasikan orang Amori

Jadi terdapat alasan biblis mengapa Allah mengusir atau menghancurkan suatu bangsa karena dosa mereka (seperti Sodom) dan menggunakan bangsa lain sebagai instrument-Nya untuk melakukan ini (seperti Media yang menghancurkan Babel). Allah adalah Ia yang mematikan dan menghidupkan, seperti yang diatakan Ulangan 32 : 39

Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorangpun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku.

Dalam memahami peristiwa dimana Allah melenyapkan manusia (khususnya dalam kitab Yosua dimana Allah memerintahkan manusia untuk melenyapkan manusia lain (melakukan genosida)), mari kita memahami beberapa hal mendasar, yang juga merupakan rangkuman artikel ini, agar semakin jelas bahwa Allah tidak hanya maha baik dan maha rahim, melainkan Ia juga maha adil :

  1. Allah lah yang memberi kehidupan kepada manusia, dan hanya Ia yang berhak untuk mengambilnya kembali
  2. Penghakiman Allah kepada manusia yang dilakukan dengan berbagai cara seperti banjir besar, hujan belerang dan api, serta bangsa Israel yang diperintahkan untuk membunuh, merupakan bentuk hukuman Allah atas dosa manusia
  3. Karena Allah yang memerintahkan bangsa Israel untuk membunuh, dengan ini Ia memberikan ijin kepada manusia untuk mengambil nyawa orang lain.
  4. Namun tindakan membunuh tersebut bukanlah dosa. Mengapa? Karena bangsa Israel sudah mendapatkan ijin dari Allah untuk membunuh. Allah sendiri yang memerintahkan secara langsung, kalau Israel menolak, maka Israel lah yang berdosa karena tidak menaati perintah Allah.
  5. Membunuh disebut dosa hanya ketika manusia melakukannya tanpa persetujuan Allah, karena disini manusia menyamakan dirinya dengan Allah, melalui tindakan mengambil nyawa manusia yang sebenarnya merupakan hak prerogatif Allah. Jangan lupa bahwa kita melihat hal ini dalam konteks Perjanjian Lama, tentu saja bila sekarang ini kita mendengar ada orang yang membunuh dalam nama Allah, hal tersebut tidaklah dibenarkan. Karena di masa Perjanjian Baru dan setelahnya, Allah sendiri tidak pernah memerintahkan hal tersebut.
  6. Bahkan bila ada yang mengaku bahwa Allah sendiri yang berbicara kepada mereka, hal tersebut pun harus diuji. Kitab Suci sendiri mengatakan :
    2 Kor 11 : 4 :”Iblis pun dapat menyamar sebagai malaikat terang”
    1 Yoh 4 : 1 :”Janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi palsu yang muncul dan pergi ke seluruh dunia”
  7. Meskipun demikian, Allah memberikan waktu bagi manusia untuk bertobat sebelum melaksanakan penghakimannya. Bahkan Allah sendiri menyelamatkan orang-orang benar jika Ia menemukannya.
  8. Penghakiman Allah yang mengambil nyawa manusia dengan berbagai cara, adalah hal yang pantas bagi mereka yang melakukan perbuatan dosa dan tidak mau bertobat
  9. Dengan demikian ,kita bisa memahami bagaimana Allah dengan adil menghukum mereka yang berdosa, dan menyelamatkan mereka yang tidak bersalah.

Saya tutup tulisan ini dengan perkataan St. Paulus :

Roma 9 : 14-18, 20-24

14 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! 15 Sebab Ia berfirman kepada Musa: “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.” 16 Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. 17 Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: “Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi.”18 Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya

20 Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: “Mengapakah engkau membentuk aku demikian?” 21 Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa? 22 Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan– 23 justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan, 24 yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain.

Referensi

The Genocide of Joshua : Part 1, Part 2, Part 3

How could a God of Love order the massacre/annihilation of the Canaanites?

5 komentar

  1. […] 3.Pembunuhan dalam Kitab Yosua Mengapa Allah Memerintahkan untuk Membunuh dalam Perjanjian Lama? […]

    Suka

  2. agustinus · · Balas

    Apakah bagi Allah ada perbedaan nilai atau harga atau kwalitas antara bangsa yahudi dengan bukan yahudi sehingga Allah rela membasmi anak-anak tak berdosa demi menyelamatkan bangsa yahudi sebagaimana dikisahkan dalam kitab keluaran ?

    Suka

    1. Shalom, Agustinus! Aduh, maaf ya baru dibales.

      Jika yang dimaksud adalah bangsa Yahudi atau Israel dalam Perjanjian Lama, maka jawabannya ya, ada perbedaan nilai tersebut, sebab bangsa Israel (Lama) adalah bangsa pilihan Allah. Bangsa Israel dipilih Allah sebagai bangsa yang menyiapkan kelahiran Sang Mesias di dunia. Tetapi, karena bangsa Israel (Lama) tersebut menolak Mesias yang sudah hadir di tengah-tengah mereka, maka hak waris sebagai bangsa pilihan Allah kini sudah berpindah ke Israel Baru, yaitu Gereja Katolik.

      Kedua, bangsa Israel bisa menjadi bangsa pilihan Allah adalah berkat Bapa Abraham sudah menjawab “Ya!” bagi tawaran Allah. Jawaban ini sama dengan jawaban “Ya!” (Fiat) Bunda Maria saat mendengar pewartaan Malaikat Gabriel — kedua-duanya merupakan jawaban yang keluar dari kehendak bebas manusia. Bapa Abraham dan Bunda Maria bisa saja menjawab “Tidak!” karena toh mereka memiliki kehendak bebas itu, namun karena mereka memilih “Ya!”, maka pilihan ini menjadi pilihan yang berharga di mata Allah. Dengan demikian konsekuensi dari jawaban mereka tersebut pun memiliki nilai tersendiri.

      Soal Allah membunuh anak-anak tak berdosa, mari kita berpikir seperti ini: kita semua lahir dalam keadaan dosa. Dosa di sini bukan perbuatan aktif seperti mencuri atau membunuh, melainkan keadaan terpisah dari Allah. Karena kita semua lahir dalam keadaan dosa, maka kita sebetulnya pantas masuk Neraka. Surga sama sekali bukan hak kita. Jadi, anak-anak yang mati tersebut juga manusia-manusia berdosa, dan kematian dan Neraka adalah ganjaran bagi dosa. Memang ini realita yang mungkin sulit diterima banyak orang, tetapi justru karena itulah kita memerlukan rahmat pembaptisan dan keanggotaan dalam Gereja-Nya yang benar demi keselamatan kita.

      Semoga menjawab ya.

      Anne

      Suka

  3. Yohanes Sunjoko · · Balas

    Kalau boleh saya ingin menambahkan komentar.

    Saya belajar dari buku Yesus dari Nazaret karya Joseph Ratzinger alias Paus Benediktus XVI. Tanah, yang dijanjikan kepada Abraham, bukan hanya tempat tinggal, melainkan juga adalah suatu matra atau ruang untuk beribadat.

    Dalam KItab Suci, Allah menyerahkan tanah Kanaan kepada keturunan Abraham karena Abraham mendengarkan suara Allah dan mengakui Allah yang Esa, dan Abraham pun rela menyerahkan anaknya Ishak sebagai kurban kepada Allah yang hidup, yang oleh Allah kemudian digantikan dengan kurban domba jantan (Kejadian 22).
    Inilah mengapa tanah dianugerahkan kepada keturunan Abraham.

    Akan tetapi, bangsa2 Kanaan, dengan berbagai dewa mereka (politheis), tidak mau mendengarkan suara Allah yg Esa. Mereka mengorbankan anak mereka kepada berhala-berhala. Karena itu, tanah mereka, yang berarti juga ruang atau matra untuk beribadat kepada Allah, dialihkan kepada keturunan Abraham.

    Apakah peralihan tanah itu menimbulkan genosida? Menurut saya “genosida” itu lebih berupa majas hiperbola dari pengarang Kitab Suci daripada kisah nyata. Memang terjadi campur tangan Allah bagi Israel untuk merebut tanah dan menghapuskan ibadah2 kafir yang jahat itu. Akan tetapi, saya kira pada kenyataannya tidak ada genosida, karena dalam Hakim-hakim 3:1-5 bangsa-bangsa itu tetap hidup “untuk mencobai orang Israel”.

    Lalu mengapa kitab2 suci mengisahkan perintah untuk genosida?

    Pada abad 5 SM justru “genosida” menimpa umat Israel ketika Kenisah Yerusalem dihancurkan oleh Nebukadnezar. Yehuda hancur dan penduduknya dibuang ke Babel. Tradisi Deuteronomis atau tradisi Ulangan merenungkan bahwa hal ini terjadi karena Israel tidak setia dalam hal ibadat kepada Allah. Akhirnya “tanah” sebagai ruang ibadat pun dicabut dari Israel. Pada saat ini lahirlah Kitab-kitab deuteronomis, seperti Ulangan, Yosua, Hakim-hakim, Samuel, dan Raja-raja, yang mengutuk bangsa-bangsa asing dan raja-raja yg menyeleweng dari ibadah sejati kepada Allah. Kecaman dalam kitab-kitab itu kira-kira berbunyi, “Gara-gara bangsa-bangsa asing dan raja-raja yang tidak setia maka Bait Suci kita hancur dan seluruh bangsa dibuang ke Babel. Semestinya mereka dihukum sejak awal”. Dari sinilah muncul inspirasi tentang kisah-kisah genosida tersebut sebagai bentuk ratapan mereka atas penderitaan rakyat yang dibuang ke Babel.

    Jadi, menurut saya, perintah “genosida” itu lebih berupa refleksi para penulis Kitab Suci daripada perintah Allah. Apakah penulis Kitab Suci salah? Oh tidak juga. Asalkan kita tahu konteks dari kisah-kisah itu, maka kita bisa ikut merasakan penderitaan dan suara hati mereka.

    Perlu juga kita renungkan, apakah Yesus sebagai Firman Abadi yang membawa damai memperkenankan terjadinya genosida betulan?

    Demikian dari saya, pendapat saya adalah refleksi yang diambil dari studi Kitab Suci. Kalau ada kesalahan, boleh dikritik. Semoga bermanfaat. Damai Kristus.

    Suka

  4. Yohanes Sunjoko · · Balas

    Saya punya pandangan lain dari sudut pandang kritik redaksi.

    Kitab Yosua ditulis oleh tradisi Deuteronomis. Tradisi ini muncul menjelang pembuangan Israel ke Babel pada abad 5 SM. Tradisi ini memandang bahwa penyebab runtuhnya Yehuda dan dibuangnya mereka ke Babel adalah karena ketidaksetiaan bangsa Israel kepada Allah. Mereka menyembah allah2 lain dan tidak mendengarkan suara para nabi. Para rajanya, seperti dalam kitab Raja-raja, mengecewakan hati Allah. Nabi Yehezkiel sendiri mengutuk bangsa Israel sebagai pezinah. Juga karena raja-raja mengikuti ibadah ala bangsa Amon dengan mengorbankan anak sendiri, sesuatu yg sadis.

    Karena itu, tradisi Deuteronomis, pada abad 5 SM, dengan penuh kemarahan dan ratapan, memandang, lebih baik bangsa-bangsa asing itu dimusnahkan saja daripada bangsa Israel yang sudah ditebus dari Mesir akhirnya disesatkan dan musnah karena tidak setia kepada Allah.

    Jadi apakah Allah memerintahkan genosida betulan? Menurut hemat saya, Allah yang sudah memanggil leluhur kita, bapa Abraham, menuju ke tanah terjanji, tidak perlu memerintahkan genosida betulan kepada Yosua, sampai seluruh bangsa Kanaan harus dihabisi, karena toh lewat keturunan bapa Abraham seluruh bangsa di bumi akan memperoleh berkat. Apakah bangsa Kanaan tidak termasuk?

    Kitab Suci berisi sejarah keselamatan, bukan sejarah ala abad 21. Jadi, menurut saya, kisah tentang genosida itu tertulis dalam kitab suci bukan sebagai fakta yang sebenarnya, tetapi lebih karena tradisi penulisan yang mengecam perzinahan umat Israel.

    Demikian pendapat saya, lebih kurangnya silakan dikritik. Terima kasih. Damai Kristus.

    Suka

Pengunjung bertanggung jawab atas tulisannya sendiri. Semua komentar harus dilandasi oleh cinta kasih Kristiani. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Kami berhak untuk tidak menampilkan atau mengubah seperlunya semua komentar yang masuk.