Surat Romo Thomas G. Weinandy, O.F.M. Cap, kepada Paus Fransiskus

CAPUCHIN FATHER WEINANDY

Catatan pendahuluan: belum lama ini muncul berita mengenai surat Father Thomas G. Weinandy, OFM Cap, yang ditujukan kepada Paus Fransiskus. Beliau adalah penasihat bidang doktrinal dari USCCB (Konferensi Waligereja Amerika Serikat) Romo Weinandy menjelaskan bahwa setelah berdoa mengenai kondisi Gereja yang mengkhawatirkan dan melakukan discernment, maka Tuhan memberikan tanda yang jelas baginya untuk menulis surat ini.

Dalam surat ini Romo Weinandy menyampaikan lima hal meresahkan yang muncul dari kepausan saat ini. Segera setelah surat tersebut diterbitkan secara publik, Konferensi Waligereja Amerika Serikat (USCCB) mendesak Romo Weinandy untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai penasihat doktrinal. Dan dia pun mengajukan surat pengunduran dirinya.

Berikut ini adalah terjemahan tidak resmi surat tersebut (sumbernya bisa diklik di kalimat ini).

+++

Bapa Suci yang terkasih,

Saya menulis surat ini dengan cinta untuk Gereja dan rasa hormat yang tulus untuk jabatan Anda. Anda adalah Wakil Kristus di bumi, gembala kawanan domba-Nya, penerus Santo Petrus dan karenanya adalah batu karang tempat Kristus akan membangun Gereja-Nya. Semua orang Katolik, klerus dan awam, harus memandang Anda dengan kesetiaan dan ketaatan berlandaskan kebenaran. Gereja berpaling kepada Anda dengan semangat iman, dengan harapan Anda akan membimbingnya dalam kasih.

Namun, Yang Mulia, kekalutan kronis tampaknya menjadi ciri kepausan Anda. Cahaya iman, harapan, dan kasih bukannya tidak ada, tapi terlalu sering dikaburkan oleh ambiguitas dalam kata-kata dan tindakan Anda. Hal ini menumbuhkan kegelisahan yang kian bertumbuh dalam umat beriman. Hal ini mengkompromikan kapasitas mereka akan kasih, sukacita dan kedamaian. Izinkan saya untuk memberikan beberapa contoh singkat.

Pertama, ada bab 8 “Amoris Laetitia” yang diperdebatkan. Saya tidak perlu berbagi keprihatinan saya sendiri tentang isinya. Orang lain, tidak hanya para teolog, tapi juga kardinal dan uskup, telah melakukannya. Sumber utama yang menjadi perhatian saya adalah cara Anda mengajar. Dalam “Amoris Laetitia,” tuntunan Anda kadang tampak sengaja dibuat ambigu, sehingga hal ini memungkinkan penafsiran tradisional tentang ajaran Katolik tentang pernikahan dan perceraian, dan juga penafsiran yang mungkin menyiratkan adanya perubahan dalam ajaran itu. Seperti yang Anda ucapkan dengan bijak, gembala harus mendampingi dan mendorong orang-orang dalam pernikahan ireguler, namun ambiguitas terus berlanjut perihal makna sejati “pendampingan” itu. Mengajar dengan kurangnya kejelasan yang tampaknya disengaja jelas-jelas berisiko berbuat dosa melawan Roh Kudus, Roh Kebenaran. Roh Kudus diberikan kepada Gereja, dan terutama kepada diri Anda sendiri, untuk melenyapkan kesalahan, bukan menumbuhkannya. Apalagi hanya ketika ada kebenaran maka bisa ada cinta sejati, karena kebenaran adalah terang yang membebaskan wanita dan pria dari kebutaan dosa, dari kegelapan yang membunuh jiwa-jiwa. Namun Anda tampaknya menyensor dan bahkan mengejek mereka yang menafsirkan Bab 8 “Amoris Laetitia” sesuai dengan tradisi Gereja sebagai orang Farisi yang melempar batu yang mewujudkan keketatan tanpa belas kasih. Fitnah macam ini adalah hal yang asing bagi hakikat pelayanan Petrus. Beberapa penasehat Anda sayangnya tampak terlibat dalam tindakan serupa. Perilaku seperti itu memberi kesan bahwa pandangan Anda tidak dapat dipertahankan bila diselidiki secara kritis, dan karenanya harus ditopang oleh argumen “ad hominem”.

Kedua, terlalu sering sikap Anda tampaknya merendahkan pentingnya doktrin Gereja. Berulang kali Anda menggambarkan doktrin sebagai benda mati dan terlalu teoretis serta jauh dari masalah pastoral dalam kehidupan sehari-hari. Kritikus Anda telah dituduh, dengan kata-kata Anda sendiri, dengan membuat doktrin menjadi ideologi. Tapi justru doktrin Kristenlah – termasuk perbedaan halus yang dibuat berkenaan dengan kepercayaan sentral seperti hakikat Allah Tritunggal; hakikat dan tujuan Gereja; Inkarnasi; Penebusan; dan sakramen-sakramen – yang membebaskan orang dari ideologi duniawi dan menjamin bahwa mereka sungguh berkhotbah dan mengajarkan Injil yang asli dan memberi kehidupan. Mereka yang meremehkan doktrin-doktrin Gereja memisahkan diri mereka dari Yesus, sumber kebenaran. Apa yang mereka miliki, dan hanya bisa dimiliki, adalah sebuah ideologi – yang menyesuaikan diri dengan dunia dosa dan kematian.

Ketiga, umat beriman Katolik hanya bisa merasa bingung dengan beberapa uskup pilihan anda, yakni orang-orang yang tampaknya tidak hanya terbuka terhadap orang-orang yang menganut pandangan yang bertentangan dengan ajaran Kristen, namun juga mendukung dan bahkan membela mereka. Apa yang menyebabkan skandal terhadap umat beriman, dan bahkan sesama uskup lainnya, bukan hanya karena Anda telah menunjuk orang-orang seperti itu menjadi gembala Gereja, tetapi juga Anda tampak diam dalam menghadapi ajaran dan praktik pastoral mereka. Ini melemahkan semangat banyak wanita dan pria yang telah memperjuangkan ajaran Katolik yang otentik dalam jangka waktu yang lama, seringkali dengan mengambil resiko bagi reputasi dan kesejahteraan mereka sendiri. Akibatnya, banyak umat beriman, yang mewujudkan “sensus fidelium,” kehilangan kepercayaan pada gembala tertinggi mereka.

Keempat, Gereja adalah satu tubuh, Tubuh Mistik Kristus, dan Anda ditugaskan oleh Tuhan untuk mempromosikan dan memperkuat kesatuannya. Tapi tindakan dan kata-kata Anda terlalu sering tampaknya berniat melakukan hal yang sebaliknya. Mendorong sebuah bentuk “sinodalitas” yang memungkinkan dan mempromosikan berbagai pilihan doktrinal dan moral di dalam Gereja hanya dapat menimbulkan kekacauan teologis dan pastoral. Sinode semacam itu tidak bijaksana dan, dalam praktiknya, bekerja melawan kesatuan kolegial di kalangan para uskup.

Bapa Suci, ini adalah keprihatinan terakhir saya. Anda sering berbicara tentang perlunya transparansi di dalam Gereja. Anda sering mendorong, terutama selama dua sinode silam, semua orang, terutama para uskup, untuk mengutarakan pikiran mereka dan tidak takut akan apa yang mungkin dipikirkan paus. Tapi apakah Anda memperhatikan bahwa mayoritas uskup di seluruh dunia sangat diam? Mengapa demikian? Para Uskup cepat belajar, dan apa yang telah banyak dipelajari dari kepausan Anda bukanlah bahwa Anda terbuka terhadap kritik, tetapi Anda membencinya. Banyak uskup diam karena mereka ingin setia kepada Anda, dan karenanya mereka tidak mengungkapkan – setidaknya secara terbuka; kalau secara pribadi maka itu perkara lain – kekhawatiran yang muncul dari Kepausan Anda. Banyak yang takut jika mereka mengungkapkan pemikiran mereka, mereka akan dipinggirkan atau lebih buruk lagi.

Saya sering bertanya kepada diri sendiri: “Mengapa Yesus membiarkan semua ini terjadi?” Satu-satunya jawaban yang terlintas dalam pikiran saya adalah bahwa Yesus ingin memperlihatkan betapa lemahnya iman banyak orang di dalam Gereja, bahkan di antara terlalu banyak uskupnya. Ironisnya, kepausan Anda telah memberikan izin dan kepercayaan diri kepada orang-orang yang memiliki pandangan teologis dan pastoral yang berbahaya tentang izin untuk tampil dan mengekspos kegelapan mereka  sebelumnya yang tersembunyi. Dengan mengenali kegelapan ini, Gereja dengan rendah hati perlu memperbarui dirinya sendiri, dan terus bertumbuh dalam kekudusan.

Bapa Suci, saya terus menerus berdoa untuk Anda dan akan terus melakukannya. Semoga Roh Kudus membawa Anda ke dalam terang kebenaran dan kehidupan kasih sehingga Anda dapat menghilangkan kegelapan yang sekarang menyembunyikan keindahan Gereja Yesus.

Salam damai dalam Kristus Tuhan,

Thomas G. Weinandy, O.F.M., Cap.

31 Juli 2017

Pesta St. Ignatius dari Loyola

2 komentar

  1. hardanindra · · Balas

    Saya sebagai awam melihat situasi gereja sebagai satu kesatuan alam semesta yg dengan sempurnanya memenuhi kehidupan ini, mengapresiasi romo Thomas G. Weinandy, O.F.M., Cap. Begitu juga dengan Bapa Suci, apa yg saya lihat adalah konflik yg timbul karena pikiran, saya pribadi yakin dan percaya bila pada saat jaman Kristus hidup dan berkarya, apa saja yg diinginkan pikiran bisa terjadi dengan “KuasaNya” tetapi dari keillahianNya Kristus tetap mengasihi dan membuat”Ilalang tumbuh bersama Gandum” saatnya akan tiba dan karena iman yg sebiji sesawi yg akan menyelamatkan jiwa.
    Terima kasih.

    Suka

  2. anton budiarsa · · Balas

    Terimakasih kiriman email, salam saya sekeluarga dari Jember-jatim. Berkah Dalem.

    Suka

Pengunjung bertanggung jawab atas tulisannya sendiri. Semua komentar harus dilandasi oleh cinta kasih Kristiani. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Kami berhak untuk tidak menampilkan atau mengubah seperlunya semua komentar yang masuk.