Apa Salahnya Menonton Pornografi? Kan Tidak Seperti Menghamili Perempuan atau Menyebarkan Penyakit Seks Menular?

Yesus memperingatkan bahwa siapapun yang melihat penuh dengan nafsu terhadap perempuan, melakukan dosa dengannya di dalam hati (Mat 5:28), Dia mengucapkan dengan jelas, hal itu tidak cukup untuk menghindari kehamilan atau penyakit seks menular. Hal itu bahkan tidak cukup untuk menghindari kontak seksual yang tidak murni; kita juga harus melawan seksual yang tidak murni melalui pikiran dan pandangan.

Masalah yang dihadapi dengan penggunaan pornografi, seperti memanjakan nafsu dengan berbagai cara, sebenarnya mengebiri pria, merendahkan wanita, menghancurkan perkawinan, dan menghina Tuhan. Anda mungkin berpikir: “Bukankah menurutmu, hal ini sudah sedikit berlebihan? maksudku, apa salahnya dengan melihat sedikit situs-situs internet?” Lihatlah efek dari pornografi, dan anda akan melihat kenapa pria yang sejati tidak menggunakannya.

Apa yang pornografi lakukan terhadap pria? Sebagai awalnya, pornografi merampok kapasitasnya sebagai pria. Intisari dari kedewasaan terdiri dari kesiapan untuk menyangkal diri sendiri untuk kebaikan orang yang dicintai. Inilah kenapa St.Paulus mengingatkan para suami didalam suratnya kepada Jemaat di Efesus bahwa cinta mereka harus seperti Kristus, yang mengijinkan diri-Nya untuk disalib , demi orang yang dicintainya, yaitu Gereja (Ef 5:21:33)

Pornografi mengalahkan panggilan ini. Daripada menyangkal diri sendiri untuk kebaikan dari wanita, seorang pria, melalui penggunaan pornografi, menyangkal martabat wanita agar memuaskan nafsunya. Hanya cinta yang memuaskan. Pornografi membantu perkembangan ketidak tanggung jawaban dan keburukan (Tanya pada dirimu sendiri: Bukankah anda akan marah jika ada seorang pria menatap anak perempuanmu atau isterimu dengan cara yang sama ia melihat pornografi?)

Pornografi secara berangsur-angsur melumpuhkan kemampuan pria untuk mencintai. Adalah tidak mungkin untuk mencintai fantasi, tapi hidup didalam dunia fantasi mengijinkan pria untuk lari dari kenyataan dan menghindari permintaan dari cinta yang sejati. Dari satu sudut pandang, faktanya bahwa pornografi mengijinkan pria untuk memanjakan nafsu mereka tanpa harus khawatir tentang kehamilan atau penyakit seks menular adalah bagian dari masalahnya. Itu mendorongnya untuk hidup didalam dunia dimana sekualitas menawarkan hanya kesenangan tanpa arti atau akibatnya, di mana “tak seorang pun akan ada yang hamil, tak seorang pun akan ada yang terkena penyakit, tak seorang pun menunjukkan ada tanda dari rasa bersalah, penyesalan yang mendalam, keadaan yang memalukan, atau ketidak percayaan. Tak seorang pun menderita dari aktivitas seksual dari orang lain dan pria, setidaknya, selalu bebas dari tanggungjawab, tidak dapat menahan diri……….prioritas dari mencintai melindungi pasangan sedikit mendapat perhatian didalam pornografi karena tidak menyakiti sepertinya mungkin.”[1]

Analisa terakhir, pornografi adalah penolakan akan cinta. Seperti penulis Christopher West katakan, “pornografi mencari untuk membantu mengembangkan lebih tepatnya penyimpangan dari keinginan seksual kita, bahwa kita harus berjuang keras melawan itu, dalam rangka untuk mencari cinta sejati.”[2] Kepada seseorang yang mengemari pornografi, tujuan dari seks menjadi kepuasan dari “keperluan” nafsu birahi, bukan komunikasi antara kehidupan dan cinta. Pornografi membawa pria untuk menilai wanita hanya dari apa yang wanita berikan kepada pria, daripada untuk pribadi wanita itu.

Beberapa orang akan mengupas semua hal ini, lalu berkata, “laki-laki tetaplah laki-laki,” atau “saya hanya menghargai kecantikan dari kaum wanita,” atau “saya suka artikel di majalah itu.” Terkadang mereka akan menyadari betapa tidak meyakinkan argumen ini, dan mereka akan menjadi marah, lalu berkata, “anda ingin menekan seksualitas dan merampok kebebasan wanita. Sangat tidak sehat bagimu untuk memiliki sedikit rasa menghargai terhadap wanita!” Sikap defensif ini jelas muncul dalam cara klub penari telanjang mengiklankan diri mereka sendiri sebagai “klub gentlemen” untuk “hiburan orang dewasa.” Kenapa pria butuh untuk pembenaran atas kebiasaannya itu sebagai orang dewasa atau gentleman? Orang dewasa biasanya tidak perlu mengingatkan orang, bahwa mereka sudah mature (dewasa), pun apakah pria perlu untuk mengumumkan bahwa ia adalah seorang gentleman. Tindakan berbicara bagi diri mereka sendiri.

Namun meskipun ketika pria kurang bisa mengontrol dirinya membuat ia seperti anak-anak dan tindak tanduknya tidak bisa di damaikan kembali dengan julukan “gentleman”, ia merasakan masih harus memerlukan identitas dengan keaslian kejantanannya. Tidak perduli seberapa sering kita jatuh, Kristus masih tertanam didalam diri kita, panggilan untuk mencintai seperti Dia. Jika kita tidak membelokkan kebohongan dan dengan rendah hati datang kepada Tuhan didalam keadaan terluka, Dia akan membangkitkan kita dan membuat kita menjadi pria sejati.

Sekarang apa yang pornografi lakukan terhadap wanita? Karena itu membuat pria berpikir wanita sebagai objek yang akan digunakan daripada pribadi yang harus dicintai, laki-laki berbicara tentang mereka sebagai objek, dan memperlakukan mereka sebagai objek. Ketika pria mempelajari “cinta” mereka melalui video dan majalah, mereka menerima ide bahwa wanita yang “tidak” sebenarnya adalah “ya” dan bahwa ia menikmati karena diperalat. Ini bisa memimpin ke arah mental seorang pemerkosa.

Mengingat, sebagai contoh, sebuah studi telah dilakukan di area kota Oklahoma. Ketika 150 bisnis yang berorientasi seksual ditutup, angka pemerkosaan menurun 27% dalam 5 tahun, ketika angka di kota lainnya meningkat 19%. Di Phoenix, disekitar Arizona dengan outlet pornografi mempunyai 15% lebih serangan seksual, dari pada kota sebelah yang tidak memiliki outlet seksual.[3]

Ted Bundy memperkosa dan membunuh lusinan wanita. Dia dihukum mati di kursi listrik dan meminta wawancara terakhirnya dengan Dr. James Dobson, pendiri dari “Focus on the Family”. Didalam pertemuan itu, Bundy berbicara hanya tentang pornografi dan memberi tahu Dr. Dobson bahwa semua perjuangannya bermula dari sana. Dia menjelaskan bahwa obsesi terhadap pornografi memberikan perhatian terhadap semua sesama tahanan yang termotivasi untuk kejam seperti dia. Majalah porno dan video meletakkan akar dari pemerkosaan dan pembunuhan yang banyak sekali. Tidak ada yang bisa mengatakan kepada suami, saudara, anak, dan ayah dari wanita yang diperkosa dan meninggal, bahwa pornografi itu tidak berbahaya.

Apa yang pornografi lakukan terhadap pernikahan? Terus terang, pornografi adalah cara yang sempurna untuk menembak pernikahan kalian dimasa depan tepat dikepala. Bayangkan bahwa seorang orang muda mempunyai kebiasaan menggunakan pornografi, dan ia tidak mengungkapkannya kepada tunangannya. Ia berharap bahwa sekali ia telah menikah, keinginan gairah seksual yang illicit (melanggar hukum) akan mereda. Tapi jadi seperti apa nafsunya sesudah ia menikahinya? hal itu tidak hilang, hal itu menyelinap atas istrinya. Pornografi telah melatihnya untuk bereaksi terhadap nilai seksual seorang wanita, dan tak ada yang lain. Ia telah melatih dirinya sendiri untuk percaya bahwa wanita harus secara fisik tidak ada cacat dan secara konstan secara seksual dapat selalu diperoleh. Bahkan jika pria menolak hal ini dengan berbagai alasan, faktanya tetap bahwa daya tariknya dan respon telah dikondisikan dan dibentuk oleh pornografi – fantasi inspirasi.

Memperlengkapi istrinya sebagai boneka barbie yang hidup dengan pasukan make up artis dan penata rambut yang mengikutinya dirumah, mungkin akan berjalan mulus dalam beberapa waktu. Tetapi ketika kenyataan berhadapan dengan fantasi, sang pria akan tinggal dalam kekecewaan, dan citra diri sang wanita akan menderita. Penyakit gangguan hasrat dan fantasi ini tidak akan pernah bisa dipenuhi oleh wanita dikehidupan nyata. Mereka fokus semata-mata atas kepuasan yang berpusat pada diri sendiri daripada saling memberi dan bergembira dalam memuaskan pasangan. Salah satu wanita menjelaskan, jika seorang pasangan pria dikehidupan nyata tidak selalu ada secara seksual dan wanita harus bersedia melakukan apa yang pria inginkan seperti yang ia fantasikan tersebut, ia boleh menyalahkan wanita karena menjadi pemalu, jika ia terlihat normal, dan tidak seperti model yang ia puja, ia mungkin akan dituduh karena menjadi gemuk. Jika wanita sedang menginginkan, tidak seperti gambar pasif didalam majalah, maka sang wanita nampak terlalu menuntut bagi sang pria.[4]

Dalam kata lain, sang pria akan lebih cepat untuk menyalahkan gangguan penyakitnya kepada sang wanita, fantasinya akan merampas kemampuan untuk menjadi benar-benar intim dengan istrinya. Salah satu alasan ia tidak mampu untuk intim secara sehat dengan istrinya karena keintiman bukanlah pelarian dari kenyataan, tetapi kapasitas untuk melihat kecantikan dari orang lain. Kehadiran dari nafsu yang sangat kuat didalam hati dari sang pria mem-blok kemampuannya untuk melihat wanita itu sebagai pribadi. Ia telah menurunkan wanita itu hanya sebagai objek, dan mengabaikan nilainya sebagai pribadi wanita. Ketika ini terjadi, ia kehilangan cinta, dan keintiman sejati hal yang mustahil.

Inilah kenapa bagian dari masalah dengan pornografi bukanlah semudah bahwa ditunjukkan terlalu banyak, tapi hal itu ditunjukkan terlalu sedikit. Itu mengurangi seorang wanita tidak lain hanya sebuah badan. Jadi, seorang pria akan mengasumsikan bahwa makin bagus tubuhnya, makin bagus nilai dari wanita tersebut. Dengan pola pikir seperti ini, pria tidak hanya menerima istri masa depan mereka untuk terlihat tidak kurang dari pada Miss September, mereka juga tidak menghargai wanita sebagai yang tercantik dan kualitas yang berharga, sejak subjek dari display fotografi gagal untuk menyoroti ini. Hal ini membuat pria untuk mencari ditempat lain didalam permintaan yang mustahil untuk memuaskan selera gangguan penyakit mereka. Bagaimana pun juga, pornografi membantu perkembangan mentalitas yang salah, bahwa hal ini bukanlah hal serius, seks yang tidak terikat adalah yang paling lengkap dan menyenangkan. Siapa yang tidak ingin dilengkapi?

Satu dari semua-juga-tanggapan umum yang paling sering atas pernikahan yang tidak memuaskan sering disebabkan oleh kebiasaan pornografi yang sebenarnya membawa pornografi kedalam tempat tidur. Ini adalah usaha yang sia-sia pada bagian dari pria untuk memiliki kegembiraan ilicit yang telah ia bentuk sebagai alat pelengkap. Istri yang malang akan mengijinkan hal ini, tetapi kegembiraan dari mencintai telah lari dari sang pria, yang dimana tidak lagi melihat nilai dari pribadi orang tersebut dan kebutuhan untuk memberi dirinya kepada sang wanita. Pasangan yang telah menikah yang menggunakan pornografi menemukan bahwa problem dalam perkawinan bertambah buruk. Jika seorang suami membutuhkan istrinya menjadi orang lain dalam rangka dirinya agar bergairah, maka ia akan menjadi kurang dan kurang menarik perhatian pada wanita. Disaaat bercinta dengannya, sang pria malah sedang menghancurkan cinta diantara mereka.

Karena efek dari pornografi sangatlah hebat, pria Kristiani memiliki kewajiban harus membuang hal ini dari hidup mereka. Menurut Paus Paulus Yohanes II, “[Tuhan] telah menugaskan sebuah tugas setiap pria kehormatan dari setiap wanita.”[5] Ketika kita melakukan hal yang bertentangan dengan kehormatan wanita, kita bertindak bertentangan dengan kehormatan kita sendiri dan panggilan sebagai pria. Atas alasan ini, Bapa Suci mengatakan, “setiap pria harus melihat dalam dirinya sendiri untuk melihat apakah ia yang telah dipercaya kepadanya sebagai seorang saudara perempuan dalam kemanusiaan, sebagai pasangan, tidak menjadi kan didalam hatinya sebuah objek dari perzinahan.”[6]

Meskipun pornografi efek yang tidak merugikan pada masyarakat, kita harus tidak boleh melupakan bahwa dosa bukanlah hanya masalah sosial. Kita berhutang kepada sesama untuk mengasihinya, tapi kita juga berhutang kepada Allah untuk menghormati Tuhan didalam semua tindakan kita dan pikiran kita. Untuk bernafsu terhadap anak perempuannya adalah dosa berat, meskipun ia tidak menjadi hamil sebagai hasil dari imajinasi. “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.” ( 2Tim 2:22)

catatan kaki:

1. Wetzel, op. cit., p. 72.
2. Good News About Sex and Marriage, p. 84.
3. U. S. Department of Justice, “Child Pornography, Obscenity, and Organized Crime” Feb, 1988.
4. Laurie Hall, “When Fantasy Meets Reality” http://www.pureintimacy.org
5. General audience of November 24, 1982. As quoted in Theology of the Body, p. 346.
6. Pope John Paul II, Mulieris Dignitatem, 14. As quoted in Theology of the Body, p. 464.

sumber

7 komentar

  1. Mohon pencerahannya. Apakah dgn memasturbasikan suami (hand job) termasuk dosa berat. Dikarenakan istri dlm kondisi datang bulan ato mood tdk enak. Dan msalahnya suami sering memaksa agar istri selalu menjawab iya saat dia meminta hubungan intim.

    Suka

    1. Saudari Pelita,

      Menurut Katekismus Gereja Katolik, masturbasi merupakan dosa berat. Agar seseorang melakukan dosa berat, dibutuhkan tiga kriteria: (1) materinya berat (2) dilakukan dengan pengetahuan penuh (3) dilakukan dengan rela (tanpa paksaan). Dalam kasus istri, terlihat ada unsur paksaan sehingga salah satu syarat untuk memenuhi dosa berat tidak terpenuhi dalam diri istri.

      Hubungan seksual suami istri selalu mencakup aspek unitif dan prokreatif, dan juga berkaitan erat dengan kasih timbal-balik antara suami dan istri. Oleh karena itulah, hubungan seksual harus selalu terbuka pada kehidupan baru, dan tidak boleh dilakukan dalam keadaan terpaksa (karena merupakan ungkapan kasih suami-istri, dan kasih itu tidak memaksa), juga tidak boleh dilakukan hanya sekedar untuk mencari kenikmatan seksual tanpa mau menerima konsekuensi atau buah dari perbuatannya (yakni kehidupan baru).

      Semoga jawabannya membantu.

      Suka

  2. Trima kasih ya untuk komen.saya sangat bersyukur.God bless you lux veritatis 7.

    Suka

  3. Shalom lux veritatis,saya ingin menanyakan sesuatu.maaf ya kalau soalan saya agak sulit dan memalukan.apakah memegang alat kelamin tanpa apa apa niat atau nafsu berdosa?contohnya,mencuci alat kelamin untuk kebersihan diri dan memastikan tiada sperma terkeluar tanpa melakukan masturbasi.trima kasih ya.God bless you

    Suka

    1. Itu tidak termasuk dosa.

      Suka

  4. terima kasih..puji Tuhan dengan adanya artikel ini, saya kembali dibukakan mata hati saya oleh Tuhan..dan akan lebih mencoba sekuat tenga dan dengan bantuan Tuhan untuk menghilangkan kebiasaan saya..
    Terima kasih. Berkat Dalem.

    Suka

  5. terimakasih tulisan ini menyadarkan saya…GBU

    Suka

Pengunjung bertanggung jawab atas tulisannya sendiri. Semua komentar harus dilandasi oleh cinta kasih Kristiani. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Kami berhak untuk tidak menampilkan atau mengubah seperlunya semua komentar yang masuk.