Tentang Dosa Dan Sakramen Tobat

Suatu dosa dikatakan besar bila memenuhi 3 kriteria:

1. Masalahnya besar
2. Tahu bahwa yang dilakukan adalah dosa besar
3. Dilakukan secara sukarela

Rom 6 berbicara tentang dosa yang upahnya maut.

1 John 5:16-17
16 Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa.
17 Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.

Tidak semua dosa maut. Ada dosa yang tidak maut. lihat (1Yoh 5:16-17).

Bohong kalau PR-nya dimakan anjing tidak sama konsekuensinya dengan membunuh orang tua meskipun keduanya adalah dosa.

Ambil pisau kecil lalu iris kecil (2 cm) di…. perut kamu, sebagai eksperimen. Irisan kecil tersebut tidak akan mematikan kamu. Dan meskipun seluruh badan kamu iris 2cm, kamu juga tidak akan mati. Kamu tidak akan kehabisan darah karena pada saat kamu selesai mengiris semua badan maka lebih dari separuh dari irisan sudah mengering dan darah berhenti.

Nah, apakah kamu mau mengiris badan kamu hanya karena kamu rasa bahwa irisan itu toh tidak akan membuat kamu mati?

Tentu saja tidak. Dan meskipun irisan itu tidak membuat kamu mati namun irisan tersebut dapat menganggu kamu dalam melakukan pekerjaan lain. Dan irisan-irisan itupun bisa membahayakan kamu secara tidak langsung, misalnya saja bila karena kepedihan dari irisan itu kamu tidak bisa konsentrasi dalam menyetir mobil, dan sebagai akibatnya kamu kecelakaan dan mati. Bukankah ini merugikan?

Melakukan dosa kecil berapa kalipun tidak akan menjadikan dosa tersebut menjadi dosa besar. Namun sering melakukan dosa kecil akan melemahkan iman kebaikan. Dengan begini kita jadi mudah tergoda untuk melakukan dosa besar.

Kita lebih baik menderita daripada melakukan perbuatan apapun yang melukai hubungan dengan Tuhan (meskipun hubungan hanya dilukai dan tidak putus sama sekali, seperti pada kasus dosa besar).

Apakah kumpulan dosa kecil bisa menjadi dosa berat? jawabannya Tidak.

Ajaran Gereja menyatakan bahwa dosa kecil TIDAK AKAN membawa maut. Dosa kecil bisa mengakibatkan maut secara tidak langsung. Yaitu ketika keseringan kita berdosa kecil membuat penerimaan kita akan rahmat menjadi terganggu sehingga kita melakukan dosa besar, dan dosa besar inilah yang menjadikan maut.

Dari CCC, IV. THE GRAVITY OF SIN: MORTAL AND VENIAL SIN

1857 For a sin to be mortal, three conditions must together be met: “Mortal sin is sin whose object is grave matter(1) and which is also committed with full knowledge(2) and deliberate consent(3).”[131]

Grave matter (perkara besar) yang dimaksud di sini, rinciannya adalah yang di 10 Perintah Allah.

Mengikat dosa. Cuma bisa dijelaskan oleh iman Katolik.

Yoh 20:22-23 – BHS Indo
Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus 23 Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada”

John 20:22-23 – Duoay-Rheims
22 When he had said this, he breathed on them; and he said to them: Receive ye the Holy Ghost. 23 Whose sins you shall forgive, they are forgiven them: and whose sins you shall retain, they are retained.

John 20:22-23 – King James Version
22 And when he had said this, he breathed on them, and saith unto them, Receive ye the Holy Ghost: 23 Whose soever sins ye remit, they are remitted unto them; and whose soever sins ye retain, they are retained.

John 20:22-23 – Revised Standard Version
22 And when he had said this, he breathed on them, and said to them, “Receive the Holy Spirit. 23 If you forgive the sins of any, they are forgiven; if you retain the sins of any, they are retained.”

Kata “retain” dalam bhs aslinya adalah kratevw (baca:krat-eh’-o). Definisinya adalah:

1. to have power, be powerful
a)to be chief, be master of, to rule

Ok silahkan kalian pelajari ayat diatas terutama yang di tebalkan dan yang digaris bawahi. Yesus meniupkan Roh Kudus pada para rasul. Point ini sangat penting karena Allah cuma DUA KALI meniupi manusia. Saat penciptaan (Kej 2:7) dan pada ayat Yohanes diatas. Di Kej 2:7 Allah memberi kehidupan bagi manusia untuk pertama kalinya. Di Yoh 20:22-23 Allah (Yesus) memberi kuasa bagi para murid untuk mengampuni dan mengikat dosa.

Protestant berpendapat bahwa hanya Tuhan yang bisa mengampuni dosa. Manusia (Romo) tidak bisa. Untuk ayat mengenai kuasa mengampuni dosa, Protestant biasanya mengatakan bahwa para murid cuma diberi kuasa untuk menyatakan bahwa dosa manusia sudah diampuni. Sekali lagi, cuma menyatakan.

Tentu saja ajaran tersebut salah sama sekali, tapi paling tidak mereka punya penjelasan meskipun tidak memuaskan.

NAMUN MEREKA TIDAK BISA MENJELASKAN DENGAN CARA APAPUN KUASA UNTUK MENGIKAT DOSA! Konsep pengikatan dosa tidak ada di theology pembenaran (Justifikasi) Protestant yang berdasar pada Sola Fide. Bagi mereka, setelah seseorang dibenarkan, maka manusia itu bagaikan diselubungi kain putih. Meskipun manusia berbuat dosa, dosanya itu hanya akan terjadi di lapisan dalam kain putih sementara dari luar kain tersebut tetap putih. Jadi setelah dibenarkan, maka orang tersebut selamanya akan benar.

Jadi tidak ada dalam theology Protestant konsep mengikat dosa. Padahal ini adalah perintah Tuhan sendiri yang ada di Alkitab. Perintah Yesus kepada para rasul secara langsung!

Cuma Gereja Katoliklah (dan Orthodox) yang melaksanakan dan mengimani sabda Yesus ini dengan sempurna. Para Iman yang mempunyai Sakramen Imamat mempunyai kuasa yang sudah diberikan Yesus untuk mengampuni dosa kamu, dan juga untuk mengikat dosa kamu. Kalau dosa kamu diikat, maka kamu tidak akan selamat!

PS: Tentu saja secara praktek Romo biasanya akan mengampuni dosa kamu. Tapi ada keadaan tertentu dimana Romo, menurut hukum Kanon, tidak boleh memberi absolusi pada kamu. sebagai contoh:

1. Kalau kamu bunuh diri dan sebelum mati minta diberi absolusi
2. Kalau kamu memperlakukan Tubuh dan Darah Kristus secara tidak hormat (ex: membuang dengan sembarangan, menggunakannya untuk perdukunan atau ritual satanik) maka kamu baru bisa diampuni setelah mendapat ijin dari Vatikan.
3. Etc

PPS: Sayangnya di terjemahan BHS Indonesia kata yang digunakan di Yoh 20:22-23 adalah menyatakan. Ini kurang tepat dan mungkin ada pengaruh Protestannya

Maksud dosa diikat itu adalah, Romo atau uskup bisa tidak mengampuni dosa kamu dan dengan begitu dosa kamu tetap diikat dan tidak dihilangkan. Bukan orang yang males ke sakramen Tobat.

St Pio Pietrelcina (Padre Pio) ketika masih hidup adalah seorang Bapa Pengakuan yang sangat hebat. Untuk mengaku ke Padre Pio biasanya harus antri dua hari. Kenapa hebat? Karena dia mempunyai karunia untuk tahu hati seseorang. Nah, dengan karunia yang diberikan Allah ini, orang yang hatinya memang belum siap untuk mengaku dan memperbaiki hidupnya akan disuruh oleh Padre Pio untuk mengaku di kemudian hari saat dia sudah siap.

Karena itu mengakulah dosa sesering mungkin terutama setelah kamu melakukan dosa besar. Cuma Gereja Katoliklah (dan Orthodox) yang melaksanakan dan mengimani sabda Yesus ini dengan sempurna. Para Imam yang mempunyai Sakramen Imamat mempunyai kuasa yang sudah diberikan Yesus untuk mengampuni dosa kamu, dan juga untuk mengikat dosa kamu. Kalau dosa kamu diikat, maka kamu tidak akan selamat!

Dosa Berat dan Dosa Ringan

“Semua dosa itu sama,” pernyataan ini sering terdengar diucapkan berbagai orang apapun agamanya. Benarkah demikian? Jawabannya bisa “ya” bisa “tidak.” Kita bisa menjawab “ya” bila yang dimaksud adalah “semua dosa itu sama [karena menjauhkan kita dari Allah].” Namun kita bisa menjawab “tidak” bila yang dimaksud adalah “semua dosa itu [nilainya] sama.”

Tentunya tidak ada pihak yang tidak setuju dengan pemahaman bahwa “semua dosa itu sama [karena menjauhkan kita dari Allah].” Tapi masalah yang lebih menimbulkan perbedaan pendapat yang rumit adalah pemahaman “semua dosa itu [nilainya] sama.” Ini karena banyak pihak yang beranggapan bahwa mencuri mangga Pak Raden sama berdosanya dengan membunuh ayah kandung sendiri. Beberapa orang bahkan akan mengacu pada Yak 2:10-11 dimana dalam surat tersebut St. Yakobus mengatakan bahwa siapapun yang mentaati seluruh hukum namun melanggar satu saja maka dia telah bersalah atas seluruh hukum.

Nanti kita akan kembali ke Yak 2:10-11, namun sementara apa yang diajarkan Gereja Katolik sendiri? Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:

1854 Dosa-dosa harus dinilai menurut beratnya. Pembedaan antara dosa berat dan dosa ringan, yang sudah terbukti di Kitab Suci (1Yoh 6:16-17), menjadi bagian dari tradisi Gereja. Pengalaman manusia menegaskannya.

1855 Dosa berat merusakkan kasih dalam hati manusia oleh suatu pelanggaran berat melawan hukum Allah. Di dalamnya manusia memalingkan diri dari Allah, tujuan akhir dan kebahagiannya, dan menggantikanNya dengan sesuatu yang lebih rendah.

Dosa ringan membiarkan kasih tetap ada, walaupun [dosa ringan tersebut] melanggarnya (kasih) dan melukainya (kasih).

Jadi Gereja mengajarkan adanya pembedaan dosa menjadi dosa berat dan dosa ringan. Yang cukup menarik Katekismus juga merujuk kepada 1Yoh 5:16-17. Dan sangat jelas di ayat tersebut bagaimana St. Yohanes mengajarkan ada dosa yang berat dan yang tidak. Ini berarti bahwa ajaran akan pembedaan dosa menjadi dosa berat dan dosa ringan memang ada di Kitab Suci.

Bila mengingat kembali Yak 2:10-11, apakah ini berarti ayat 1Yoh 5:16-17 tidak konsisten? Tentu saja tidak. Dalam suratnya St. Yakobus mengatakan bahwa salah satu inti dari hukum Taurat adalah, “kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Yak 2:8) [inti hukum Taurat yang paling utama adalah “cintailah Allahmu lebih dari segala sesuatu”]. Seumpama kita membunuh sesama, apakah ini berarti kita mengasihinya? Tentu tidak. Seumpama kita berbuat cabul terhadap sesama, apakah ini berarti kita mengasihinya? Tentu tidak. Seumpama kita berbohong kepada sesama, apakah ini berarti kita mengasihinya? Tentu tidak. Jadi memang tiap pelanggaran perintah apapun dari hukum Taurat berarti bahwa kita telah melanggar semuanya. Karena toh dengan melanggar satu saja perintah Taurat maka inti dari hukum Taurat, yaitu untuk mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri, telah kita langgar.

Tapi apakah pelanggaran tiap perintah tersebut sama nilainya? Tentu saja tidak. Menurut hukum Taurat sendiri pembunuh dan pencabul dihukum mati (Ul 24:17, 20:10) namun apakah seorang pencuri atau pembohong akan sama-sama dihukum mati karena mereka juga melanggar hukum Taurat? Tidak. Menurut Taurat sendiri pencuri hanya dihukum mati bila dia mencuri sesama orang Israel dan memperlakukannya sebagai budak miliknya (Kel 21:16; Ul 24:7). Tapi bila si pencuri hanya mencuri sapi atau domba maka dia harus mengganti lima kali lipat kalau sapi atau domba yang dicuri mati dan dua kali lipat kalau sapi atau domba yang dicuri masih bisa dikembalikan, tapi kalau dia tidak mampu maka dia bisa dijual sebagai budak (Ul 22:1-4). Sedangkan pembohong yang melakukan kebohongan di pengadilan akan dihukum sesuai dengan niatan jahat dari kebohongan orang itu (Ul 19:16-19), maksudnya kalau si pembohong melakukan kebohongan agar bisa memiliki sapi tetangganya, maka si pembohong harus dihukum menurut nilai dari sapi tersebut.

Mengingat adanya pembedaan nilai dari pelanggaran Hukum Taurat yang ditunjukkan dari perbedaan sanksi yang ditetapkan, maka jelas bahwa ketika St. Yakobus berkata “tetapi [barangsiapa] mengabaikan satu bagian daripadanya dia bersalah atas seluruhnya” di Yak 2:10 dia tidak bermaksud bahwa membunuh sama nilainya dengan berbohong. Yang dimaksudkan St. Yakobus adalah baik membunuh maupun berbohong sama-sama melanggar hukum Taurat, sama-sama melanggar inti dari hukum Taurat, sama-sama tidak mengasihi sesama.

Apakah para Bapa Gereja Awal juga mengimani pembedaan dosa menjadi dosa berat dan dosa ringan? Berikut beberapa kutipan yang menunjukkan bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut adalah “ya” :

Tertullian
“Siapa yang [mampu] mengampuni kecuali Allah sendiri?” dan, tentunya, [siapa kalau bukan dia yang dapat mengampuni] dosa berat (mortal), [suatu dosa yang sebegitu berat] yang telah dilakukan kepada dirinya sendiri dan kuilnya? (Modesty 21 [A.D. 220]).

Pacian dari Barcelona
Kepelitan diobati oleh kedermawanan, penghinaan oleh permintaan maaf, ketidak layakan oleh kejujuran dan untuk yang lain, penebusan bisa dilakukan dengan mempraktekkan yang berlawanan. Tapi apa yang bisa dilakukan orang yang mengejek Allah? Apa yang harus dilakukan pembunuh? Obat apa yang bisa ditemukan untuk pencabul? . . . Ini adalah dosa besar (capital), saudaraku, ini adalah berat (mortal).(Sermon Exhorting to Penance 4 [A.D. 385]).

Jerome (Hieronimus)
Ada dosa ringan (venial) dan dosa berat (mortal). Adalah satu hal untuk berhutang sepuluh ribu talenta, adalah hal lain untuk berhutang seperempat sen. Kita harus memberi perhitungan terhadap kata sia-sia seperti juga kepada percabulan. Tapi menjadi bersemu dadu (pipi kemerahan karena malu karena berkata sia-sia) dan disiksa (karena berbuat cabul) tidaklah sama; tidaklah sama untuk menjadi merah diwajah dengan mengalami kesakitan dalam waktu lama. . . . Jika kita meminta maaf atas dosa-dosa yang lebih ringan kita diberi maaf, tapi untuk dosa-dosa yang lebih berat, sulit untuk mendapatkan [permintaan maaf] yang kita minta. Ada perbedaan besar antara satu dosa dengan dosa yang lain (Against Jovinian 2:30 [A.D. 393]).

Yohanes Kasianus
Tapi [adalah] untuk perbaikan ketika Allah menghukum umatnya yang benar untuk dosa-dosa yang ringan (venial)… sehingga Dia bisa mencucikan semua pikiran kotor mereka… sehingga dapat menjadikan mereka seperti emas murni. (Conference 6 [+/- A.D. 390])

Agustinus
Beberapa akan berkata, “Kalau begitu setiap pencuri apapun akan diperhitungkan setara dengan pencuri yang mencuri dengan kehendak akan pengasihan?” Siapa yang akan berkata seperti ini? Tapi dari keduanya tidaklah berarti bahwa semuanya baik, karena yang satu lebih jelek. Yang lebih jelek adalah dia yang mencuri karena ingin memiliki barang orang lain, daripada dia yang mencuri karena kasihan: tapi jika semua pencurian adalah dosa, dari semua [tindakan] mencuri kita harus menghindar. Karena siapa yang boleh berkata bahwa orang bisa berdosa, meskipun dosa yang satu mengutuk [ke Neraka], sedang yang lain [dosa] ringan [venial]? … Karena pencuri-pencuri dihukum lebih ringan oleh hukum daripada kejahatan nafsu [cabul]; namun [kedua tindakan tersebut, mencuri dan cabul] adalah sama-sama dosa, namun yang satu lebih ringan, yang lain lebih berat. (To Consentius, Against Lying 19 [+/- A.D. 420)

Rasanya sudah cukup bukti bahwa Alkitab dan para Bapa Gereja Awal dengan mufakat mengajarkan adanya pembedaan dosa menjadi dosa berat dan dosa ringan. Perhatian kita selanjutnya, sesuai judul tulisan, adalah mengerti lebih dalam tentang dosa berat dan dosa ringan dan hubungan keduanya.

Seperti dijelaskan Katekismus dosa berat “merusakkan kasih dalam hati manusia” dan membuat manusia “memalingkan diri dari Allah” yang adalah “tujuan akhir kebahagiaan.” Dengan begitu maka mereka yang berdosa besar telah terpisah dengan Allah. Keterpisahan dengan Allah ini bila tidak segera diperbaiki akan berlaku selamanya… ini berarti neraka:

1035 Ajaran Gereja mengatakan adanya neraka, dan bahwa neraka itu berlangsung selama-lamanya. Jiwa orang-orang yang mati dalam dosa berat turun langsung ke neraka, dimana mereka menderita hukuman neraka, “api abadi” (Bdk. DS 76; 409; 411; 801; 858; 1002; 1351; SPF 12). Hukuman utama dari Neraka adalah perpisahan abadi dengan Allah, yang hanya didalamNya manusia dapat menemukan kehidupan dan kebahagian, karena untuk itulah manusia diciptakan dan karena itulah yang dirindukan manusia.

Konsekuensi dari dosa berat memang sungguh dahsyat. Sebentar lagi akan ditunjukkan lebih lanjut bagaimana suatu dosa bisa digolongkan menjadi dosa berat dan bagaimana memperdamaikan diri kembali dengan Allah setelah berdosa besar. Namun sebelumnya akan dijelaskan singkat mengenai dosa ringan.

Dosa ringan punya akibat yang jauh lebih ringan dari dosa berat. Orang yang mati dalam kondisi berdosa ringan tidak masuk ke Neraka, tapi ke Api Penyucian. Dari Katekismus:

1863 Dosa ringan melemahkan kasih; dosa ringan mewujudkan diri dalam kesukaan tak teratur akan barang-barang ciptaan; dosa ringan menghambat kemajuan jiwa dalam melakukan kebajikan-kebajikan dan tindakan-tindakan moral yang baik; dosa ringan layak mendapatkan hukuman sementara. Dosa ringan yang dilakukan secara sengaja dan tidak disesalkan mempersiapkan kita sedikit demi sedikit untuk melakukan dosa berat. Namun dosa ringan tidak memutuskan perjanjian kita dengan Allah. Dengan rahmat Allah dosa ringan bisa diperbaiki secara manusiawi. “Dosa ringan tidak membuat pendosa kehilangan rahmat pengudusan, persahabatan dengan Allah, kasih, dan tentunya kebahagiaan abadi” (Yohanes Paulus II, RP 17 § 9.)

    Sementara manusia berada dalam kedagingan, ia paling sedikit tidak dapat hidup tanpa dosa ringan. Tapi janganlah menganggap bahwa dosa yang kita namakan dosa “ringan” itu, tidak membahayakan. Kalau engkau menganggapnya sebagai tidak membahayakan, kalau menimbangnya, hendaklah engkau gemetar, kalau engkau menghitungnya. Banyak hal kecil membuat satu timbunan besar; banyak tetesan air memenuhi sebuah sungai; banyak biji membuat satu tumpukan. Jadi, harapan apa yang kita miliki? Diatas segala-galanya, yaitu, pengakuan (Agustinus, ep.Jo.1,6).

Meskipun dosa ringan tidak membuat orang kehilangan kasih dan putus hubungan dengan Allah namun dosa ringan bisa “mempersiapkan kita sedikit demi sedikit untuk melakukan dosa berat,” dimana dosa berat itulah yang pada akhirnya akan membuat kita putus hubungan dengan Allah.

Bisakah kita kemudian berkata, “Ah, kalau begitu ya dijaga saja jangan sampai berdosa besar. Kalau ringan tidak masalah?” Tentu tidak. Walaupun dosa ringan itu sendiri, berapa kalipun dilakukan, tidak akan membuat kita otomatis putus hubungan dengan Allah, namun efek kumulatif dari melakukan dosa ringan berkali-kali akan membuat kasih dan rahmat Allah dalam diri kita terlemahkan sehingga lambat laun kita akan sangat mudah jatuh kedalam dosa besar. Dan dosa besar itulah yang akan mengutuk kita ke neraka.

Ada satu ilustrasi yang berguna: Ambil pisau kecil lalu iris kecil sekitar 2 cm di perut. Irisan kecil tersebut tidak mematikan. Dan meskipun seluruh badan di-iris 2 cm, kita juga tidak akan mati. Kita tidak akan kehabisan darah karena pada saat kita selesai mengiris semua badan maka lebih dari setengah dari irisan sudah mengering dan darah berhenti. Nah, apakah ada yang mau mengiris badan sendiri dengan anggapan toh irisan-irisan itu tidak akan membuat mati? Tentu saja tidak. Karena meskipun irisan itu tidak membuat mati namun irisan tersebut dapat menganggu kita dalam melakukan pekerjaan lain, misalnya saja bila rasa pedih dari irisan-irisan itu membuat kita tidak bisa berkonsentrasi dalam menyetir mobil, dan sebagai akibatnya kita mengalami kecelakaan dan mati. Bukankah ini merugikan? Begitu pula dengan dosa ringan.

Setelah kita mengetahui apa yang diakibatkan dosa ringan dan dosa besar kepada kita maka perlu kita mengetahui kapan suatu dosa bisa disebut dosa besar dan kapan suatu dosa bisa disebut dosa kecil.

Dosa dianggap berat bila memenuhi tiga kriteria: 1) materinya berat, 2) dilakukan dengan pengetahuan penuh, 3) dilakukan dengan rela (bdk. Katekismus 1857). Ketiga syarat ini harus dipenuhi semuanya agar suatu dosa bisa dikatakan berat. Bila satu atau dua syarat tidak terpenuhi, maka dosa tersebut adalah dosa ringan, bukan dosa berat (Bdk. Katekismus 1857).

Materi yang berat mengandaikan bahwa persoalannya berat, besar dan serius. Mencuri Rp 100 atau mencuri satu buah Belimbing tentunya tidak seserius mengkorupsi dana perusahaan sebesar Rp 100,000 apalagi mengkorupsi uang milyar-an rupiah. Berbohong mengenai alasan tidak mengerjakan PR tentunya tidak seserius berbohong dalam penyidikan polisi atau berbohong di pengadilan. Untuk mengetahui materi-materi apa yang berat, petunjuk praktisnya biasanya adalah sepuluh perintah Allah dan lima perintah Gereja. Berikut adalah beberapa daftar singkat materi yang tergolong berat yang biasanya sering dilakukan umat beserta referensi paragraph Katekismus: berkontrasepsi (2399), tidak ikut misa pada hari Minggu atau hari wajib tanpa alasan yang serius (1281), menikmati materi pornografi dalam media apapun (2354), masturbasi (2352), mengambil komuni padahal tahu masih belum mengakukan dosa beratnya (1415) dan lain-lan.

Dilakukan dengan pengetahuan penuh berarti bahwa si pendosa tahu bahwa apa yang dilakukan adalah dosa yang berat dan bertentangan dengan kehendak Allah. Point ini sering menjadi pembenaran bagi mereka yang memang punya keterikatan dengan dosa. Mereka akan berargumen, “yah, kami tidak tahu kalau apa yang kami lakukan itu dosa berat.” Mereka berharap dengan pembenaran semacam itu maka syarat kedua tidak terpenuhi dan mereka tidak terkena dosa berat tapi hanya dosa ringan. Tentu saja bila seseorang benar-benar tidak tahu beratnya dosa yang dia lakukan maka syarat kedua tidak terpenuhi. Namun bagi mereka yang menipu diri sendiri [atau orang lain] dengan mengandaikan bahwa mereka sebenarnya tidak tahu keseriusan dosa mereka, maka mereka akan mendapat hukuman ganda. Pertama, mereka akan dihukum karena dosa mereka yang berat itu. Kedua, mereka akan dihukum karena menipu diri sendiri [atau orang lain]. Hendaklah kita jujur dan tulus terhadap Allah yang tahu apa isi hati kita lebih dari diri kita sendiri (Luk 16:15; 1Yoh 3:19-20).

Dilakukan dengan rela berarti bahwa si pendosa tidak dipaksa untuk melakukan dosanya. Seorang pegawai yang ibunya diculik lalu kemudian dipaksa untuk mencuri uang perusahaan agas sang ibu bebas, tentunya tidak bisa dikatakan melakukan dosa berat. Sayangnya masih banyak juga yang mencoba menemukan lubang kelemahan dalam syarat yang satu ini. Ada yang berpikiran, “saya mencuri uang karena terpaksa, butuh biaya sekolah.” Apakah alasan ini merubah dosa berat menjadi ringan? Tidak. Karena kebutuhan biaya sekolah bukanlah kebutuhan mendesak yang melibatkan hidup mati seseorang secara langsung ataupun secara mendesak.

Bila kita tahu bahwa kita telah melakukan dosa berat maka kita harus segera meperdamaikan diri dengan Allah. Hal terburuk yang bisa terjadi bila tidak segera memperdamaikan diri dengan Allah adalah bila kematian tiba-tiba menjemput. Dan orang yang mati dalam dosa berat akan segera masuk neraka (bdk. Katekismus 1035).

Ada dua cara untuk menghapuskan dosa berat, yang satu mudah, yang satu sangat sukar. Cara yang paling mudah adalah, dengan niat menyesal dan ingin memperbaiki diri, segera berkunjung ke Romo untuk mengakukan dosa dalam Sakramen Tobat. Cara yang kedua, yang lebih sulit, adalah bila si pendosa mampu melakukan sesal sempurna. Katekismus menjelaskan:

1452 Kalau sesal itu berasal dari cinta kepada Allah, dimana Allah dicintai lebih dari segalanya, maka sesal itu disebut “sempurna” (sesal kasih). Sesal seperti itu menghapuskan dosa-dosa ringan; sesal seperti itu juga mendapatkan pengampunan atas dosa-dosa berat jika termasukkan didalamnya niatan untuk mendapatkan pengakuan yang sakramental secepat mungkin (Konsili Trente: DS 1677).

Yang sulit dari sesal sempurna ini adalah mencintai Allah lebih dari segalanya. Banyak dari kita yang merasa bahwa diri sendiri pasti mencintai Allah lebih dari segalanya. Namun kebanyakan perasaan itu kurang tepat karena dalam lubuk hati kita sendiri masih banyak keterikatan duniawi.

Harus dihindarkan sikap orang yang berasumsi, “aku sudah sesal sempurna, jadi tidak perlu mengaku dosa ke Romo. Nge-repot-repotin dan agak sungkan.” Mengapa? Karena seperti yang dikatakan Katekismus diatas, sesal benar-benar sempurna bila disertai niatan untuk mengakukan dosa bila sempat. Jadi bila seseorang mengaku telah melakukan sesal sempurna tapi dia tidak mengakukan dosa meskipun ada Romo yang bisa dihubungi dan dia tidak punya halangan serius untuk bertemu dengan Romo, maka pada kenyataannya orang tersebut sama sekali tidak pernah melakukan sesal sempurna.

Untuk dosa kecil, banyak sekali cara untuk menghilangkannya. Dosa kecil bisa dihilangkan dengan menerima komuni kudus, berdoa “saya mengaku” pada awal misa, berdoa Bapa Kami, mengaplikasikan air suci pada diri sendiri. Semua tiu bisa menghilangkan dosa kecil asalkan dilakukan dengan niat tobat yang sesuai dengan dosa kecilnya.

Memang kadang-kadang setelah tahu hal-hal diatas, masihlah sangat sulit untuk membedakan mana dosa yang berat dan mana dosa yang ringan. Namun apakah suatu dosa itu berat atau ringan kita harus segera menghapuskannya dari dalam diri kita. Sakramen Tobat adalah sakramen yang menghapuskan baik dosa berat maupun dosa ringan. Dalam Sakramen Tobat pula kita bisa berkonsultasi kepada imam (Romo, Uskup), yang tentunya punya pengetahuan yang cukup, apakah apa yang kita lakukan termasuk dosa berat atau ringan. Jadi, bila ragu, segeralah mencari imam untuk konsultasi dan mengaku dosa.

Pada akhirnya, marilah kita semua menghindari dosa seringan apapun agar nanti pada hari kematian kita siap bertemu dengan Allah dengan tak bernoda.

sumber: ekaristi.org

46 komentar

  1. Maria G · · Balas

    Mau tanya, dalam masa covid 19 ini kan misa online menggunakan Doa Komuni Batin. Pd saat nih saya belum mendapat sakramen tobat, apakah doa komuni batin boleh didoakan?

    Suka

    1. Maria G · · Balas

      Kondisi masih dalam dosa berat

      Suka

    2. Boleh didoakan, namun saya menyarankan sebelum doa komuni batin, doakan jug doa tobat, kalau bisa setiap hari akan lebih baik. Rumusan doa tobat berikut juga bisa digunakan:

      Ya Tuhan, karena Engkau sungguh baik, aku sangat menyesal telah berdosa terhadap Engkau dan dengan pertolongan rahmatmu aku tidak akan berbuat dosa lagi. Amin

      Aku mencintai Engkau, Yesus, cintaku di atas segalanya, dan aku bertobat dengan sepenuh hati karena telah menyakiti Engkau. Jangan pernah izinkan aku untuk memisahkan diri dari Engkau lagi, Karuniakanlah, agar aku dapat selalu mencintai Engkau, dan lakukan padaku apa yang Engkau kehendaki. Amin.

      Lalu bisa juga anda membaca link berikut: https://luxveritatis7.wordpress.com/2020/03/26/panduan-katolik-untuk-bertahan-hidup-dalam-pandemi-coronavirus-19-bagian-pertama/

      Semoga membantu.

      Suka

  2. Apakah berfantasi tentang seks dan masturbasi itu termasuk dosa berat. Dulu waktu SMP saya sering melakukannya. Bahkan sampai berjanji dan bersumpah pada Yesus dan Bunda Maria dengan berkata bahwa cita-cita saya tak akan tercapai jika saya melakukannya lagi tapi saya gagal dan tetap melakukannya. Kemudian sempat berhenti lama kebiasaan tersebut. Dan entah kenapa tiba-tiba muncul lagi dan parahnya fantasi saya datang di hari yang sama di saat saya sedang novena. Saya merasa amat bersalah dan menyesal juga merasa kotor dan menghentikan novena kemudian memohon ampun pada Bunda Maria.
    Yang jadi pertanyaan saya, apakah sumpah dan janji saya dulu akan terjadi bahwa saya tidak dapat mencapai cita-cita saya karena telah melanggar janji saya kepada Yesus dan Bunda Maria?
    Apakah saya bisa melakukan silih, berpantang dan berpuasa untuk menebus dosa-dosa saya ini?
    Apakah ini termasuk dosa yang amat berat? Saya benar-benar takut dan menyesalinya.

    Suka

    1. Dear Anna,

      Maaf saya terlambat membalas. Berikut tanggapan saya:

      1. Ya berfantasi dan masturbasi itu termasuk perkara berat, jikalau dilakukan dengan pengetahuan penuh bahwa itu dosa berat, dan dilakukan dengan bebas, maka syarat untuk terjadinya dosa berat sudah terpenuhi.
      2. Untuk menghentikan kebiasaan tersebut tidak mudah. Butuh banyak berdoa, rutin mengaku dosa, menerima Komuni sesering mungkin, melakukan silih (berpantang dan berpuasa), menghindari kesempatan berbuat dosa ketidakmurnian, dalam kasus tertentu bisa saja membutuhkan penanganan profesional (psikolog atau psikiater).
      3. Untuk menjadi murni tidaklah cukup banya mengandalkan usaha manusia (usaha kita tetap perlu), namun tetap Allah lah yang bisa memberikan kita karunia kemurnian. Seseorang yang sudah memiliki kebiasaan berbuat dosa ketidakmurnian bisa jadi membutuhkan pergulatan bertahun-tahun untuk berhenti secara total. Sekali lagi, semuanya tergantung pertama pada rencana Allah, dan kedua pada ketekunan kita.
      4. Ya, kamu bisa berpantang dan berpuasa untuk menebus dosa-dosamu. Jangan lupa untuk mengaku dosa pada imam setiap kali terjatuh. Karena dosa berat bisa diampuni melalui sakramen tobat asalkan kita sungguh tulus menyesali dosa kita dan mau bertobat. Bersandarlah pada kerahiman Allah yang selalu mau mengampuni kita.

      5. Kamu mungkin mengucap janji tersebut karena sungguh ingin bertobat, tanpa sebelumnya mengetahui hakikat dosa tersebut. Saya yakin Tuhan mengerti situasimu dan mengampuni kamu, asalkan kamu sungguh bertobat. Mengenai cita-citamu, saya yakin itu bisa tetap terpenuhi asalkan itu sesuai kehendak Allah dan asalkan kamu pun bekerja keras dan tekun mewujudkannya.

      Semoga jawaban saya dapat membantu ya.

      Suka

      1. Dan jangan lupa untuk tidak menyambut Komuni dalam keadaan berdosa berat. Akuilah dosa berat terlebih dahulu dalam sakramen tobat baru kemudian mengaku dosa.

        Suka

  3. Maaf sekiranya saya mengganggu.saya ada satu soalan lagi.sekiranya seseorang itu memilih untuk melakukan dosa berat(dosa ketidakmurnian),tetapi tidak jadi melakukan dosa berat,kerana ada suara ilahi berbisik di dalam hati seseorang agar tidak melakukan dosa berat.Apakah seseorang itu telah melakukan dosa berat atau tidak?trima kasih

    Suka

    1. Pertama, sepertinya saya perlu menjelaskan kondisi manusia dalam berbuat dosa. Biasanya sebelum seseorang melakukan perbuatan dosa, maka ia dapat saja mengalami godaan, yang biasanya ditandai dengan pikiran, perasaan, imajinasi, atau dorongan untuk berbuat dosa, sebut saja dosa itu adalah menonton pornografi. Nah, sejauh anda belum menonton pornografi, semua pikiran, perasaan, dst itu masih termasuk dalam godaan.

      Sesuatu menjadi dosa ketika manusia dengan kehendak bebasnya memutuskan untuk berbuat dosa dan melakukan dosanya. Jadi kehendak bebas berperan penting dalam pengambilan keputusan: apakah anda berkata “ya” pada godaan, atau anda menolaknya. Kalau anda menolaknya, maka tidak terjadi dosa. Namun kalau anda kalah dalam melawan godaan, dan memutuskan untuk berbuat dosa, lalu sungguh melakukan dosa tersebut, padahal anda sudah tahu bahwa dosa itu adalah dosa berat, maka anda telah berdosa.

      Namun kalau masih sebatas godaan, dan kalau kehendak bebas mampu menolak, maka anda belum berdosa. Dalam menghadapi godaan, kita harus sesegera mungkin menutup pintu hati kita terhadap godaan. Jangan sedikitpun membiarkannya masuk, karena sekali kita membuka pintu sedikit saja, maka besar sekali kemungkinannya untuk berbuat dosa.

      Godaan untuk berbuat dosa kemurnian termasuk sulit untuk dilawan, dibutuhkan perjuangan tanpa henti, terus berdoa, menerima sakramen tobat dan Komuni, menghindari kesempatan untuk berbuat dosa (misalnya sedang sendirian), perlu menjaga kemurnian mata (jangan melihat hal-hal yang dapat menggoda dan memunculkan nafsu), dst. Namun dengan bantuan rahmat Tuhan, kita meyakini bahwa kita dapat terbebas dari dosa ini, hanya saja memang membutuhkan waktu yang lama, dan pada masing-masing orang, bisa saja berbeda. Ada yang butuh waktu sebentar, ada yang membutuhkan waktu lebih lama.

      Berhati-hatilah juga terhadap pikiran kita, karena berpikiran mesum saja sudah termasuk berbuat dosa kemurnian. Jangan membiarkan diri kita membayangkan hal-hal yang tidak murni, sibukkan diri dengan melakukan kegiatan positif, penuhilah diri dengan hal-hal yang positif, misalnya berbuat kebaikan.

      Doa, kemurnian, dan berbuat kasih, semuanya diperlukan untuk menjaga kemurnian.

      Suka

  4. Shalom lux veritas 7,seperti kita tahu,ada 3 syarat melakukan dosa berat.1(dalam kategori dosa berat),2(kita sadar dosa itu(dosa ketidakmjrnian)adalah dosa berat,3(kita melakukan dosa berat dengan sadar meskipun kita tahu itu adalah dosa berat).soalan saya adalah sekiranya kita tidak memenuhi syarat melakukan dosa berat,contohnya syarat no 3.apakah kita telah melakukan dosa ringan atau kita tidak melakukan dosa ringan atau berat.trima kasih.God bless you

    Suka

    1. Bila salah satu tidak terpenuhi maka itu termasuk dosa ringan. Kita berbuat dosa berat bila kita memenuhi ketiga syarat tersebut.

      Suka

  5. Ya,saya sudah berniat untuk menerima sakramen tobat sekali sebulan agar dapat menumbuh kekudusan.smoga kita semua sebagai anak Allah trus menerus melawan dosa.amin.sy ucapkan sekali lagi trima kasih kepada Lux Veritatis kerana telah memberi jawaban yg sungguh baik.God bless you

    Suka

  6. Trima kasih ya untuk jawabannya,sy masih ingat bhwa sy memang menyesali dosa saya sblm ni,tetapi sy telah berbuat dosa sblm menerima sakramen tobat krna sy sedar tanpa rahmat sakramen tobat,sy tidak kuat melawan dosa.trima kasih untuk jawabannya.Dan juga sy sempat brdoa pada Tuhan agar kuatkan jiwa saya untuk mnerima skarmaen tobat krna sblm mnerima sakramen tobat,dalam pikiran sy rsa malas untuk mnerima skaramen tobat,jadi sy berdoa untuk kuatkan hati untuk menerima sakramen tobat krna sy mempunyai perasaan rindu untuk pulang kpda Bapa.

    Suka

    1. Chris, dari penjelasanmu di atas, terlihat niat dan kesungguhanmu untuk bertobat. Benar sekali bahwa melalui sakramen tobat, kita menerima rahmat yang menguatkan kita sehingga kita dapat terhindar dari dosa. Pertobatan itu adalah usaha seumur hidup, kalau kita jatuh, janganlah lupa untuk menyesali dosa dengan tulus, mengakukan dosa, dan berusaha untuk membarui diri dan berniat untuk tidak jatuh dalam dosa yang sama. Lawanlah rasa malas, malu, atau perasaan negatif lainnya yang menghalangimu untuk menerima sakramen tobat dengan doa. Baik sekali untuk mengaku dosa secara teratur, misalnya sebulan sekali. Manfaat pengakuan dosa secara teratur dapat dibaca di sini: https://luxveritatis7.wordpress.com/2015/02/07/memulihkan-makna-dosa-dan-sakramen-tobat/

      Salam,
      Cornelius.

      Suka

  7. Tolong balas A.S.A.P. trima kasih

    Suka

    1. Maaf jika kami lama membalas pertanyaan anda. Soal kisah anda apakah sakramen anda sah atau tidak tentu saja sah. Terlepas anda lupa karena tidak sengaja tentu saja tidak apa-apa. Saya sarankan pada kesempatan berikutnya anda akukan lagi apa yang terlupakan. Niatkan hati untuk terus bertobat tidak hanya di dalam kamar pengakuan tapi setiap hari. Demikian semoga jawaban saya dapat menjawab rasa gundah anda.

      Salam
      Andreas

      Suka

  8. Maksud saya memikirkan dosa adalah semasa saya memeriksa batin saya sehingga lupa untuk bertobat dulu sebelum menerima sakramen tobat,tetapi tujuan saya menerima sakramen tobat adalah mahu pulang ke persekutuan kudus Allah,selepas menerima sakramen trsebut,baru sy ingat bhwa sy lupa untk brtobat,makanya sy brtobat selepas menerima sakramen.soalan saya,apakah sakramen saya sah?

    Suka

  9. Shalom warga lux veritatis 7,saya ingin bertanya.sya telah menerima sakramen tobat sebentar tadi,tetapi sy tidak sengaja dan lupa untuk bertobat sebelum menerima sakramen tobat kemudian selepas melakukan penitensi,sy sedar sy lupa untk bertobat kerana sy lebih memikirkan tentang dosa sy dan sy bertobat selepas menerima sakramen tobat.soalan saya,apakah sakramen saya sah atau percuma mskipun sy sudah jujur mengaku dosa.trima kasih

    Suka

    1. Maksudnya lupa bertobat itu bagaimana ya? Sebenarnya, siapapun yang berkeinginan untuk mengaku dosa seharusnya tidak sekedar ingin untuk menghapus dosa-dosanya, melainkan juga untuk memperbarui diri dan memiliki niat untuk tidak jatuh ke dalam dosa yang sama. Nah, sebelum anda mengaku dosa, apakah anda sempat menndaraskan doa tobat? Apakah anda sudah melakukan pemeriksaan batin? Bilamana dalam pengakuan dosa, anda tidak mengucap doa tobat (dan juga sesudahnya), maka silakan bertanya pada diri sendiri: apakah saya sungguh menyesali dosa saya ketika saya mengaku dosa? Apakah saya ingin berhenti berbuat dosa, terutama dosa yang saya akukan? Apakah saya sungguh ingin mengubah hidup saya seturut kehendak Tuhan? Bila jawaban dari pertanyaan ini adalah “Ya”, maka saya dapat mengatakan bahwa anda memiliki disposisi yang baik dalam mengaku dosa, dan tidak perlu mengkhawatirkan sah atau tidak sakramen tersebut, karena menurut saya sakramen tersebut sah (walau ada hal-hal lain yang mempengaruhi keabsahan, misalnya imam harus menggunakan rumusan absolusi sesuai dengan ketentuan Gereja).

      Seandainya keraguan tersebut tidak bisa hilang, maka sebaiknya persiapkan lagi diri anda untuk mengaku dosa dengan baik. Langkah-langkah yang terdapat dalam artikel ini dapat membantu: https://luxveritatis7.wordpress.com/2011/03/29/persiapan-pengakuan-dosa/

      Suka

  10. Shallom..terima kasih kerana web ini..saya semakin sadar beratnya dosa yang saya alami dan semakin perlunya hati saya menyerukan pertobatan..huhu..semoga rahmat dan penyelenggaraan Tuhan memberi saya jalan keluar bagi stiap pergumulan dan saya sungguh2 x dpt mbyangkan apabila mencintai Kristus ttpi bercampur dgn hidup yg bdosa berat bisa mmbawa ke api neraka..namun saya sadar mencintai Dia perlunya mengikuti sgala perintahNya..Smoga Roh kudus yg bekerja di dlm kesadaran ini shingga saya mnjadi AnakNya yg manis..

    Suka

    1. Amin! Terima kasih telah berkunjung ke sini. Mari kita bersama-sama menjalani hidup tobat untuk mencapai kekudusan.

      Suka

  11. Shalom lux veritatis,saya mau tanya,sekiranya paderi memberi penitensi(doa salam maria dan doa untuk org yg kita buat salah) selepas kita diabsolusi,doa mana kah kita mula dulu,1.oa salam maria atau 2.doa untk org yg prnh kita buat salah.sy mulakan doa yg no2 dahulu baru no1?bg sy ia cuma sama saja,kita boleh mulakn dr no 1 atau 2

    Suka

    1. Doakan saja keduanya.

      Suka

    2. Andreas · · Balas

      Terserah anda mau doakan yang mana dulu

      Salam,
      Andreas

      Suka

  12. salam warga lux veritatis,saya ingin bertanya,semasa kita menerima sakramen tobat buat kali pertama,umat membuat tanda salib sebagai tanda pembukaan sakramen tobat,tapi umat tidak menyebut demi nama bapa dan putra dan roh kudus,mungkin umat berasa nervous sebab umat menerima sakramen tobat buat kali pertama.soalan saya,apakah ini tidak menjadi masalah buat umat untuk menerima skaramen tobat buat kali pertama.trima kasih

    Suka

    1. Tidak ada masalah, asalkan anda sudah memeriksa batin anda, menyesali dosa anda dengan tulus, dan mengakukan dosa anda dengan jujur. Agar tidak merasa nervous, sambil mengaku dosa silakan membawa buku puji syukur sebagai panduan, atau bisa juga meminta bimbingan romo. Itu tidak mempengaruhi keabsahan sakramen tobat. Namun memang sebaiknya lakukanlah segala sesuatu dengan perlahan, termasuk juga membuat tanda salib. Sebisa mungkin tenangkan dahulu diri anda

      Suka

  13. Shalom lux veritatis,saya ingin bertanya,sekiranya kita melakukan sedikit kesilapan kecil semasa menerima sakramen tobat,apakah ini tidak menjadi masalah untuk memperoleh rahmat pertobatan.trima kasih

    Suka

    1. Tidak ada masalah. Kalau takut melakukan kesalahan, maka silakan membaca tata cara mengaku dosa di Puji Syukur sambil mengakukan dosa.

      Suka

  14. Shalom GROUP LUX VARITATIS,SAYA SANGAT SUKA GROUP INI,SAYA INGIN BERTANYA,APAKAH ORANG DALAM KONDISI BERDOSA BERAT DAPAT MENGUCAPKAN DOA BAPA KAMI.TRIMA KASIH

    Suka

    1. Sahlom Chris,

      Tentu saja bisa, yang tidak bisa dilakukan orang dalam keadaan berdosa berat adalah menerima Komuni.

      Suka

  15. Hal seperti itu tidak akan membuat anda terkena ekskomunikasi kok.

    Suka

  16. shalom. saya mw tanya bila seorang wanita katolik menikah dg pria islam dan menjadi islam, apakah ia akan diselamatkan? pertanyaan kedua, apabila seorang pria katolik meninggalkan iman katolik dan menjadi protestan, apakah ia akan diselamatkan? pria tersebut sepertinya iman berkembang sejak dia jadi protestan. trims sebelumnya. jbu

    Suka

    1. Shalom, Sony.

      Sepertinya lebih tepat apabila pertanyaannya, apakah kedua orang dalam contoh tersebut berdosa berat? Sebab keputusan akhir yang absolut mengenai keselamatan hanya Allah yang tahu, dan hanya Allah yang berhak menghakimi; selebihnya, yang dapat kita ketahui adalah sejauh batasan-batasan moralistik (melalui hukum-hukum dan ketentuan Gereja).

      Jika pertanyaannya mengenai dosa berat, jawabannya adalah YA, kedua orang tersebut sedang berada dalam dosa berat. Untuk kasus pertama, apabila si wanita Katolik lebih dulu memeluk Islam baru kemudian menikah secara Islam, maka letak dosanya adalah dosa murtad (meninggalkan iman Katolik). Apabila si wanita masih Katolik namun menikah secara Islam, baru kemudian masuk Islam, maka letak dosanya adalah dosa perzinahan (pernikahan seorang Katolik yang tidak dilakukan secara Katolik dianggap berzinah), dan juga dosa murtad.

      Untuk kasus kedua sudah jelas, pria tersebut berdosa karena meninggalkan iman Katoliknya. Mengenai perkembangan imannya, kita perlu ingat bahwa Allah dapat membuat sesuatu yang baik dari sesuatu yang buruk. Mungkin Allah ingin pria tersebut tumbuh pesat dalam imannya, dan untuk waktu saat itu, si pria hanya dapat bertumbuh di lingkungan Protestan. Hal ini memang tidak dikehendaki Allah (kehendak Allah adalah persatuan Gereja), namun diizinkan-Nya untuk terjadi untuk suatu tujuan yang hanya Ia yang tahu, sebab Ia Mahabijaksana. Namun, ini bukan berarti hal yang buruk menjadi baik karena menghasilkan buah yang baik: hal yang buruk itu tetaplah buruk, dan dosa tetaplah dosa. Seandainya si pria ini ingin kembali menjadi Katolik, maka Ia harus terlebih dahulu membuat pengakuan dosa dan menerima Sakramen Tobat.

      Semoga dapat dimengerti ya :) Tuhan memberkati.

      Suka

  17. saya mau bertanya tentang nama-nama besar dalam sakramen pengurapan orang sakit itu apa-apa

    Suka

    1. Shalom Jojon Sherant,

      Maksudnya nama-nama besar apa ya? Bisa diperjelas?

      Suka

  18. Saya mau bertanya mengenai sakramen Tobat. Terus terang saya sudah sangat lamaaa sekali tidak mengaku dosa di hadapan Pastur, alasannya awal karena saya malu untuk mengungkapkan dosa2 saya karena saya pemalu.. lama2 saya terpengaruh ‘doktrin’ bahwa mengaku dosa tidak harus dihadapan Pastur, mengaku dalam doa juga boleh, dan inilah yang saya lakukan.
    Saya pernah mengikuti misa di Lembah Karmel dan disana saya mendapat karunia pertobatan, saat itu saya mendadak menangis dan menyesali dosa2 saya dan kedua tangan saya seperti dipegang seseorang, seperti ada aliran listrik dikedua tangan saya. Apakah hal ini bisa diartikan bahwa dosa2 saya sudah diampuni?
    Tapi sekian lama saya jatuh kembali ke dalam dosa yang sama, dan suatu kesempatan saya diketemukan dengan seorang Katolik yang dipakai Tuhan dengan luar biasa, dan Tuhan menyampaikan sesuatu kepada saya melalui beliau, pertama yang disampaikan adalah Mazmur 32, dimana ayat 1-2 berbunyi, “…berbahagialah orang yang diampuni pelangggarannya, yang dosanya ditutupi! 2 Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidakj diperhitungkan Tuhan, dan yang tidak berjiwa penipu.”
    Apakah dengan ini berarti Tuhan kembali mengampuni saya?
    Apakah saya masih perlu mengakui dosa saya dihadapan Pastur?
    Sebenarnya hati kecil saya ingin menerima sakramen tobat, tapi saya masih pemalu…

    Suka

    1. Tentu saja harus, tidak ada yang bisa menggantikan Sakramen Pertobatan, kita harus segera mengakukan dosa kita, kenapa kita harus malu? disaat kita melakukan dosa itu di hadapan Tuhan, kenapa kita tidak merasa malu?

      Pertama kali memang sulit, ada suara-suara dari dalam hati yang tidak ingin anda itu berdamai dengan Tuhan, lawan itu! jangan biarkan iblis menang atas jiwa anda, Kristus telah menunggu di kamar pengakuan.

      Salam dan doa untuk anda.

      Suka

  19. Bagaimana dgn org Khatolik yg sdh menikah secara khatolik namun krn salah satu dari pasangan itu telah melalkukan sesuatu yg sangat fatal shg menyebabkan perceraian,, apakah ini masuk kategori dosa berat..?? Sampai kapan mereka tdk boleh menerima komuni kudus..?? Bagaimana caranya agar bisa bertobat n dpt hidup murni kembali seperti org khatolik lainnya yg bisa menerima komuni pada saat misa…?? Mohon penjelasannya… Trims.

    Suka

    1. Apakah pernikahannya dulu adalah Sakramen? perbuatan fatal apa yang menyebabkan perceraian? Apakah dia sadar bahwa apa yang dilakukannya itu berdosa? tentu saja agar dapat menyambut Komuni lagi masalah perkawinannya itu harus diselesaikan terlebih dahulu, agak susah bagi saya untuk menanggapi hal seperti ini di dunia maya karena tidak jelasnya info yang saya dapatkan, maka alangkah baiknya orang tersebut menghubungi Romo Parokinya, cobalah untuk konsultasi dengannya.

      Untuk sementara ini alangkah baiknya juga orang tersebut tetap hadir setiap minggunya dalam Misa Kudus walaupun tidak menyambut Komuni, disaat orang maju untuk menyambut Tubuh Kristus, orang tsb dianjurkan berdoa Komuni Spiritual.

      DOA KOMUNI SPIRITUAL

      Yesusku, aku percaya,
      Engkau sungguh hadir dalam Sakramen Mahakudus.
      Aku mencintai-Mu lebih dari segalanya,
      dan aku merindukan kehadiran-Mu dalam jiwaku.
      Karena sekarang aku tak dapat menyambut-Mu dalam Sakramen Ekaristi,
      datanglah sekurang-kurangnya secara rohani ke dalam hatiku.
      Seolah-olah Engkau telah datang,
      Aku memeluk-Mu dan mempersatukan diriku sepenuhnya kepada-Mu;
      jangan biarkan aku terpisah daripada-Mu. Amin.

      Terima kasih sudah bertanya, semoga bisa sedikit membantu, salam

      Andreas

      Suka

      1. benar, waktu nikah mereka menerima Sakramen pernikahan, boleh sy ceritakan sedikit disini bahwa perbuatan fatal yg dimaksud adalah istrinya selingkuh dgn laki” lain ( sampai hamil dgn laki” lain ), tentunya hal itu dilakukan pasti dalam keadaan sadar sehingga mereka akhirnya bercerai secara resmi di pengadilan tetapi tdk mendapat semacam izin cerai dari gereja, sdh hampir 7 tahun ini iya tdk pernah menyambut komuni kudus pada misa hari minggu maupun pada misa-misa lainnya. konsultasi sdh berulang-ulang dilakukan ke Pastor Paroki bahkan juga Uskup, namun semakin lama dia menjadi kecewa dan stres krn jawaban dari Pastor dan Uskup menyarankan agar dia kembali rujuk saja sama istrinya karena di khatolik Penikahan itu cm sekali seumur hidup dan sebagai orang khatolik kita di ajararkan untuk bisa mengampuni sesama kita. ini menjadi pilihan yang sulit, belakangan dia bertemu dgn seorang perempuan yang beragama protestan dan menikah lagi secara protestan karena tdk dapat menikah lagi di Gereja Khatolik dan sekarang walaupun dia tdk dibabtis menjadi org protestan tapi dia mulai aktif di sana, dia lebih merasa diterima disana dibanding gerejax sendiri yang yang seolah” memperlakakukan dia seperti anak tiri walaupun kami yakin dia takkan berpaling dari Khatolik krn kami tahu dia seorang Khatolik sejati. kami berharap bisa mendapatkan jawaban yang sejelas-jelasnya disini karena kami sangat prihatin dengan kasus seperti ini. Pertanyaannya : apakah di Gereja Khatolik tdk ada kebijakan khusus untuk kasus seperti ini…? bagaimana jika kasus” demikian bisa menyebabkan umat khatolik berpaling dan pindah ke agama lain…? Apakah krn org ini tdk pernah menerima tubuh kristus dan sering masuk gereja protestan semakin membuat dia hidup dalam dosa berat…? apakah dia bisa menerima sakramen tobat…? bagaimana solusi terbaik buat dia….? mohon untuk ditanggapi, Terimah kasih Untuk Doa Komuni Spritual yang sangat luar biasa. Salam..

        Suka

      2. Simpati saya mendengar cerita ini, saya berdoa bagi teman anda. Soal ini coba ditanyakan apakah teman anda masih ingat janji pernikahannya?

        Saya, …., menyatakan dengan tulus ikhlas bahwa …. yang hadir disini mulai sekarang ini menjadi suami/ istri saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang dan saya mau mencintai dan menghormati dia seumur hidup.

        Meskipun istrinya berselingkuh, dia pun harus tetap memaafkannya, memang bicara itu mudah, tapi mustahil bagi manusia, bagi Allah tidak. Masih ingat kutipan doa Bapa Kami berikut ini? “ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami…” bagaimana Tuhan mau mengampuni teman anda, jika teman anda tidak bisa mengampuni istrinya? nasehat-nasehat yang telah diberikan oleh Pastor dan Uskup itu sudah benar, kenapa teman anda tidak mendegarkannya? dan mentaatinya? seorang Katolik yang sejati pasti mau mendengar Gembalanya bukan? Yesus berkata kepada para murid-Nya [sekarang penerus mereka adalah para Uskup] “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku..” [Lukas 10:16].

        Gereja hanyalah pelayan dari Tuhan, Gereja tidak bisa merubah hukum yang telah diberikan oleh Tuhan itu sendiri, jadi men-sahkan sebuah perceraian dari suatu perkawinan yang sakramen itu sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh Gereja.

        Jika kasus demikian terjadi, lalu umat Katolik berpaling ke agama lain, Gereja menyayangkan hal ini, dan tidak dapat berbuat apa-apa, meskipun begitu Gereja tetap menghormati keputusan umat yang seperti itu, sambil berdoa agar umat yang seperti itu kembali kepangkuan Bunda Gereja. Pernikahan teman anda dengan seorang Protestan tidak sah dimata Gereja, teman anda pun otomatis terkena ekskomunikasi, yang artinya jiwa teman anda dalam kondisi berdosa berat dan Gereja berharap teman anda berkonsiliasi kembali ke Gereja melalui Sakramen Tobat.

        Jika teman anda sadar atas kesalahannya, dia bisa bertemu dengan Pastor Paroki untuk menyelesaikan ini, ambillah Sakramen Tobat secepatnya, solusi terbaiknya, dengarkanlah Gereja, karena tiap kasus berbeda-beda jadi setiap penyelesaiannya tentu berbeda-beda, maka dari itu hal ini penting untuk mengkonsultasikan masalah teman anda kepada Gereja.

        Maaf jika jawaban tidak mengenakkan ini harus saya berikan, tapi itu adalah kebenarannya, terima kasih sudah bertanya, salam dan doa saya untuk teman anda dan juga untuk anda yang begitu perhatian terhadap teman anda sendiri, terima kasih.

        Andreas

        Suka

  20. […] Tingkatkan frekuensi mengaku dosa anda, karena masa prapaskah juga merupakan masa untuk pertobatan dan memperbaharui diri.  Baca juga 20 Tips Mengaku Dosa oleh Romo John Zuhlsdorf dan Dosa dan Sakramen Tobat […]

    Suka

  21. HermanJosep · · Balas

    mau menanyakan, tentang kawin campur.. (kath-islam)
    termasuk dosa besar atau dosa ringan yang tidak berakibat maut?

    apakah masih bisa diampuni, jika sudah terlanjur melakukan pernikahan secara islam. Walaupun dalam hatinya masih mengimani Kristus, rajin berdoa, baca Alkitab.

    Apa yg harus dilakukan jika masih ingin kembali bersekutu dengan gereja.

    Suka

    1. Gereja mengijinkan perkawinan campur, tapi dengan syarat seperti di Kan. 1125

      1. pihak katolik menyatakan bersedia menjauhkan bahaya meninggalkan iman serta memberikan janji dengan jujur bahwa ia akan berbuat segala sesuatu dengan sekuat tenaga, agar semua anaknya dibaptis dan dididik dalam Gereja katolik;
      2. mengenai janji-janji yang harus dibuat oleh pihak katolik itu pihak yang lain hendaknya diberitahu pada waktunya, sedemikian sehingga jelas bahwa ia sungguh sadar akan janji dan kewajiban pihak katolik;
      3. kedua pihak hendaknya diberi penjelasan mengenai tujuan-tujuan serta sifat-sifat hakiki perkawinan, yang tidak boleh dikecualikan oleh seorang pun dari keduanya.

      Yang bersangkutan terkena hukuman ekskomunikasi otomatis jika menikah tidak didalam Gereja apalagi telah meninggalkan imannya [dalam kasus seperti yang anda bilang, menikah secara islam, berarti yang bersangkutan telah mengucapkan kalimat syahadat, dan otomatis telah masuk kedalam agama islam], yang bersangkutan tidak diperkenankan menyambut Komuni Kudus sampai yang bersangkutan menyelesaikan masalahnya dengan Gereja.

      Tuhan itu baik dan pengampun, yang harus dilakukan hanyalah menyelesaikan status perkawinannya dengan Gereja, menyesal atas kelalaian yang telah diperbuat, dan segera menghubungi Pastor Paroki secepatnya untuk menyelesaikan masalah ini.

      salam dan doa,

      Andreas

      Suka

      1. HermanJosep · ·

        terima kasih… sungguh mencerahkan. Semoga Tuhan Yesus masih tersenyum dan merentangkan tangan-Nya yang memiliki bekas paku itu dan mau memeluk lagi hamba-Nya yang sedang haus kasih setia-Nya.

        *ini tentang saya sendiri*

        Dominus Vobiscum.

        Suka

      2. Terima kasih telah memberikan jawaban ƔªπǤ kiranya bisa dijadikan pencerahan buat teman sy,, semoga dia secepatx ♍ãû mengikuti arahan dari Pastor dan Uskup,, ♍ãû mengakui perbuatannya, segera mendapatkan sakramen pertobatan dan menyelesaikan mslh perkawinan. Sekali lagi terima kasih krn sangat membantu kami. Sukses sll n semoga Tuhan Yesus senantiasa menyertai qta semua.. ​†̥̥3 A̶̲̥̥̅̊̊M̲̣̣̣̥ȋ̝̊̅̄ı̣̣̣є̲̣̥є̲̣̣̣̥п̥̥ †̥̥.

        Suka

      3. Karena ada yang sudah terluka maka hal ini tidaklah mudah, jadi pelan-pelan saja, jangan lupa untuk terus berdoa tanpa berhenti, persembahkan rasa sakit itu kepada Tuhan Yesus, dan semoga Tuhan Yesus memulihkan masalah ini. amin

        Salam dan doa,

        Andreas

        Suka

Pengunjung bertanggung jawab atas tulisannya sendiri. Semua komentar harus dilandasi oleh cinta kasih Kristiani. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Kami berhak untuk tidak menampilkan atau mengubah seperlunya semua komentar yang masuk.