Paus Benediktus XVI: “Jangan Takut Bersandar pada Kristus!”

Fritz von Uhde Christ with a Farmer's Family (1887-8) Musée d'Orsay

Fritz von Uhde
Christ with a Farmer’s Family (1887-8)
Musée d’Orsay

 

Sahabat muda terkasih,

Kepadamu saya berikan sambutanku yang paling hangat! Kehadiran kalian semua membuat saya bahagia. Saya berterima kasih kepada Tuhan atas pertemuan yang bersahabat ini. Kita tahu bahwa “ketika dua atau tiga orang berkumpul dalam nama Yesus, Ia ada di tengah mereka” (bdk. Mat 18:20). Hari ini, jumlah kalian lebih banyak! Tentu Yesus hadir bersama kita. Ia hadir diantara kaum muda Polandia, berbicara kepada mereka tentang sebuah rumah yang tidak akan runtuh karena dibangun diatas dasar batu karang. Ini adalah Injil yang baru saja kita dengar (bdk. Mat 7:24-27).

Sahabatku, di dalam hati setiap manusia terdapat kerinduan akan sebuah rumah. Terlebih di dalam hati orang muda, ada kerinduan yang besar akan rumah yang layak dan stabil, yang kepadanya seseorang dapat kembali tidak hanya dengan suka cita, tetapi juga rumah di mana setiap tamu yang tiba dapat disambut dengan sukacita. Ada sebuah kerinduan akan rumah ketika makanan sehari-harinya ialah cinta, pengampunan, dan pengertian. Rumah adalah tempat ketika kebenaran merupakan sumber mengalirnya kedamaian hati. Ada kerinduan akan sebuah rumah yang dapat kalian banggakan, ketika kamu tidak perlu merasa malu dan tak pernah takut akan kehilangannya. Kerinduan ini secara sederhana merupakan kerinduan akan kehidupan yang utuh, bahagia dan sukses. Jangan takut terhadap kerinduan ini! Jangan lari dari kerinduan ini! Jangan berkecil hati karena memandang rumah yang runtuh, hasrat yang mengecewakan dan kerinduan yang memudar. Allah Pencipta, yang mengilhami dalam hati kaum muda sebuah kerinduan yang kuat akan kebahagiaan, tidak akan meninggalkan kalian dalam kesulitan membangun rumah yang disebut kehidupan.

Sahabatku, hal ini menimbulkan pertanyaan: “Bagaimana kita membangun rumah yang disebut kehidupan?” Yesus, yang perkataannya baru saja kita dengar dalam kutipan Penginjil Matius, mendorong kita untuk membangun di atas batu karang. Kenyataannya, hanya dengan cara ini rumah tidak akan ambruk. Tetapi apa artinya membangun rumah di atas batu karang? Membangun di atas batu karang, pertama dan terutama, membangun di atas Kristus dan bersama Kristus. Yesus berkata: “Setiap orang yang mendengar perkataanku dan melakukannya akan menjadi seperti orang bijak yang membangun rumahnya di atas batu karang” (Mat 7:24). Ini bukan sekedar perkataan kosong dari seseorang atau yang lain; ini adalah perkataan Yesus. Kita tidak mendengarkan kepada siapa saja: kita mendengarkan Yesus. Kita tidak diminta untuk mempercayakan diri kita pada siapapun; kita diminta untuk mempercayakan diri kita pada perkataan Yesus.

Membangun di atas Kristus dan bersama Kristus berarti membangun di atas fondasi yang disebut “cinta yang tersalib”. Ini berarti membangun bersama Seseorang yang, mengenal kita lebih baik daripada kita mengenal diri kita sendiri, Ia yang berkata kepada kita: “Engkau berharga di mataku dan terhormat, dan aku mengasihimu” (Yes 43:4). Ini artinya membangun bersama Seseorang, yang selalu setia, bahkan ketika kita kekurangan iman, karena Ia tidak dapat menyangkal diri-Nya (bdk. 2 Tim 2:13). Ini artinya membangun bersama Seseorang yang terus memandang ke bawah, ke hati manusia yang terluka dan berkata: “Aku tidak menghukum kamu, pergilah dan jangan berbuat dosa lagi” (bdk Yoh 8:11). Ini artinya membangun bersama Seseorang yang, dari Salib, membentangkan tangan-Nya dan mengulanginya untuk selamanya: “Wahai manusia, aku memberikan kehidupanku bagimu karena aku mencintaimu”. Singkatnya, membangun di atas Kristus berarti mendasarkan semua keinginan, aspirasi, impian, ambisi dan rencana di atas kehendak-Nya. Ini artinya berkata pada diri kalian sendiri, kepada keluarga kalian, kepada teman kalian, kepada seluruh dunia, dan terutama kepada Kristus: “Tuhan, dalam hidup ini aku tidak ingin melakukan apapun yang menentang Engkau, karena Engkau tahu apa yang terbaik bagiku. Hanya Engkau yang memiliki perkataan kehidupan kekal” (bdk. Yoh 6:68).Sahabatku, jangan takut bersandar pada Kristus! Rindukanlah Kristus sebagai fondasi kehidupanmu! Karena tak seorangpun yang bergantung pada cinta tersalib dari Sabda yang berinkarnasi, yang akan gagal.

Membangun di atas batu karang berarti membangun di atas Kristus dan bersama Kristus, yang adalah batu karang. Dalam Surat Pertama kepada jemaat di Korintus, Santu Paulus, berbicara tentang perjalanan umat terpilih yang melewati padang gurun, menjelaskan bahwa semua “minum dari batu karang adikodrati, yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus” (1 Kor 10:4). Para bapa umat terpilih tentu tidak tahu bahwa batu karang itu adalah Kristus. Mereka tidak menyadari bahwa mereka ditemani oleh-Nya yang dalam kepenuhan waktu, akan berinkarnasi dan mengambil rupa tubuh manusia. Mereka tidak perlu memahami bahwa rasa haus mereka akan dipuaskan oleh Sumber kehidupan, mampu mempersembahkan air hidup yang memuaskan setiap hati. Meskipun demikian, mereka minum dari batu karang rohani yang adalah Kristus, karena mereka merindukan air hidup ini, dan memerlukannya. Di jalan kehidupan kita terkadang tidak menyadari kehadiran Yesus. Namun, sungguh kehadiran ini, kehadiran yang hidup dan benar, dalam karya ciptaan, dalam sabda Allah dan dalam Ekaristi, dalam komunitas umat beriman dan dalam setiap manusia yang ditebus oleh darah Kristus yang berharga, yang merupakan sumber kekuatan manusia yang tiada habisnya. Yesus dari Nazareth, Allah yang menjadi manusia, ada di sisi kita selama suka dan duka dan ia haus akan relasi ini, yang kenyataannya merupakan fondasi kemanusiaan yang sejati. Kita membaca dalam Kitab Wahyu perkataan penting ini: “Lihatlah, aku berdiri di depan pintu dan mengetuk; siapapun yang mendengar suaraku dan membuka pintu, aku akan datang kepada-Nya dan makan bersamanya, dan ia bersama aku” (Wahyu 3:20).

Sahabatku, apa artinya membangun di atas batu karang? Membangun di atas batu karang berarti membangun di atas Seseorang yang ditolak. St. Petrus berbicara kepada umat beriman tentang Kristus sebagai “batu hidup yang ditolak manusia namun di mata Allah terpilih dan berharga” (1 Pet 2:4). Kenyataan yang tak terhindarkan dari pemilihan Yesus oleh Allah tidak menyembunyikan misteri kejahatan, di mana manusia mampu menolak Ia yang mengasihi mereka sampai pada kesudahannya. Penolakan Yesus oleh manusia, yang disebutkan St. Petrus, membentang di sepanjang sejarah manusia, bahkan sampai ke masa kita. Seseorang tidak memerlukan ketajaman mental yang besar untuk menyadari banyaknya cara menolak Kristus, bahkan di ambang pintu kita. Seringkali, Yesus diabaikan, Ia diolok dan Ia dinyatakan sebagai raja masa lalu yang bukan untuk masa kini dan tentunya tidak untuk esok. Ia terdegradasi menuju gudang pertanyaan dan orang-orang tidak berani menyebutnya secara publik dengan suara yang lantang. Bila dalam proses pembangunan rumah kehidupanmu kamu menemukan mereka yang menghina fondasi yang diatasnya kamu sedang membangun rumah, jangan berkecil hati! Iman yang kokoh harus menanggung pencobaan. Iman yang hidup harus selalu bertumbuh. Iman kita dalam yesus Kristus, sedemikian rupa, harus seringkali menghadapi kurangnya iman orang lain.

Sahabat terkasih, apa artinya membangun di atas batu karang? Membangun di atas batu karang berarti menyadari bahwa akan ada kemalangan. Kristus berkata: “Hujan turun dan banjir datang, dan angin bertiup dan menerjang rumah…” (Mat 7:25). Fenomena alami ini bukan hanya gambaran akan banyaknya kemalangan manusia, tapi mereka juga menunjukkan kemalangan tersebut merupakan hal yang normal untuk diharapkan. Kristus tidak menjanjikan bahwa hujan lebat tidak akan pernah membanjiri rumah yang sedang dibangun, Ia tidak menjanjikan bahwa ombak yang menghancurkan tidak akan pernah menghanyutkan apa yang paling berharga bagi kita, Ia tidak pernah menjanjikan bahwa angin kencang tidak akan pernah menghempaskan apa yang telah kita bangun, terkadang dengan pengorbanan yang besar. Kristus tidak hanya memahami kerinduan manusia untuk rumah yang kokoh, tapi Ia juga secara penuh menyadari semua yang dapat menghancurkan kebahagiaan manusia. Jangan terkejut oleh kemalangan, apapun bentuknya! Jangan berkecil hati karena mereka! Rumah yang dibangun di atas batu karang tidak sama dengan rumah yang terlepas dari kekuatan alam, yang tertanam dalam misteri manusia. Membangun di atas batu karang berarti mampu bergantung pada pengetahuan bahwa di masa-masa sulit terdapat kekuatan yang dapat diandalkan, yang kepadanya kamu percaya.

Sahabatku, ijinkan aku bertanya lagi: apa artinya membangun di atas batu karang? Ini berarti membangun dengan bijak. Bukan tanpa alasan bahwa Yesus membandingkan mereka yang mendengar perkatannya dan melaksanakannya sebagai orang bijak yang telah membangun rumahnya di atas batu karang. Merupakan hal yang bodoh, untuk membangun di atas pasir, ketika kamu dapat melakukannya di atas batu karang dan karenanya memiliki rumah yang mampu bertahan dari setiap badai. Merupakan hal yang bodoh untuk membangun rumah di atas permukaan yang tidak memberikan jaminan dukungna selama masa yang paling sulit. Mungkin jauh lebih mudah mendasarkan kehidupan seseorang pada pasir pandangan dunia yang berubah-ubah, membangun masa depan jauh dari perkataan Yesus dan bahkan menentangnya. Yakinlah bahwa ia yang membangun dalam cara ini tidaklah bijak, karena ia ingin meyakinkan dirinya dan orang lain bahwa dalam hidup ini tidak aka nada badai yang menerjang dan tidak ada ombak yang menerpa rumahnya. Menjadi bijak berarti tahu bahwa kekokohan rumah bergantung pada pilihan fondasinya. Jangan takut menjadi bijak, yang berarti, jangan takut membangun di atas batu karang!

Sahabatku, sekali lagi: apa artinya membangun di atas batu karang? Membangun di atas batu karang juga berarti membangun di atas Petrus dan bersama petrus. Kenyataannya Tuhan berkata kepadanya: “Engkau adalah petrus, dan di atas batu karang ini aku akan membangun Gerejaku, dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat 16:18). Jika Kristus, Batu Karang, batu yang hidup dan berharga, memanggil Rasul-Nya “batu karang”, artinya ia ingin Petrus, dan bersama dengannya, seluruh Gereja, menjadi tanda yang kasat mata dari Tuhan dan Penyelamat yang esa. Di sini, di Krakow, kota terkasih Pendahulu saya Yohanes Paulus II, tak seorangpun terkejut dengan perkataan “membangun bersama dan di atas Petrus”. Untuk alasan ini aku berkata kepadamu: jangan takut membangun hidupmu di atas Gereja dan bersama Gereja. Kalian semua bangga akan cinta yang kalian miliki bagi Peturs dan Gereja yang dipercayakan padanya. Jangan mau dibodohi oleh mereka yang ingin mempertentangkan Kristus dengan Gereja. Hanya ada satu fondasi yang layak untuk membangun rumah di atasnya. Fondasi ini adalah Kristus. Hanya ada satu batu karang yang layak untuk menempatkan segalanya di atasnya. Batu karang ini adalah ia yang kepadanya Kristus berkata: “Engkau adalah petrus, dan di atas batu karang ini aku akan membangun Gerejaku” (Mat 16:18). Orang muda, kamu tahu dengan baik batu karang masa kita. Oleh karena itu, jangan lupa bahwa bukan Petrus yang mengamati pertemuan kita dari jendela Allah Bapa, bukan Petrus ini yang sekarang berdiri di hadapan kalian, juga tidak akan ada Petrus selanjutnya, yang akan menentang kalian atau menentang pembangunan rumah yang kokoh di atas batu karang. Sesungguhnya, ia akan memberikan hatinya dan tangannya untuk membantu kalian membangun kehiduan di atas Kristus dan bersama Kristus.

Sahabat terkasih, merenungkan perkataan Kristus yang menggambarkan batu karang sebagai fondasi yang memadai untuk membangun rumah, kita hanya bisa menyadari bahwa perkataan terakhirnya merupakan perkataan penuh harapan. Yesus berkata bahwa, tak peduli betapa keras unsur-unsur [yang menerpa rumah tersebut], rumah itu tidak akan dihancurkan, karena ia dibangun di atas batu karang. Dalam perkataannya terdapat keyakinan luar biasa dalam kekuatan fondasi, iman yang tidak takut terhadap kontradiksi karena diteguhkan oleh kematian dan kebangkitan Kristus. Inilah iman yang pada tahun-tahun selanjutnya diakui oleh St. Petrus dalam suratnya: “Lihat, aku meletakkan batu di Zion, batu penjuru terpilih dan berharga, dan ia yang percaya padanya tidak akan merasa malu” (1 pet 2:6). Sahabat muda terkasih, rasa takut akan kegagalan kadang bisa menghalangi bahkan impian yang paling indah. Ia bisa melumpuhkan kehendak, membuat seseorang tidak mampu percaya bahwa sungguh merupakan kemungkinan untuk membangun rumah di atas batu karang. Ia bisa meyakinkan kita bahwa kerinduan untuk rumah tersebut hanyalah aspirasi anak-anak dan bukan rencana kehidupan. Bersama Yesus, katakana pada rasa takut ini: “Rumah yang dibangun di atas batu karang tidak akan hancur!” Bersama dengan St. Petrus katakanlah pada godaan keraguan: “Ia yang percaya dalam Kristus tidak akan dipermalukan” Kalian semua adalah saksi bagi pengharapan, bagi harapan yang tidak takut membangun rumah kehidupan karena yakin bahwa ia dapat bergantung pada fondasi yang tak akan pernah hancur: Yesus Kristus Tuhan kita.

Diterjemahkan dari teks kunjungan pastoral Paus BenediktusXVI ke Polandia pada tahun 2006: Greeting of the Holy Father: Meeting with the young people.

Pengunjung bertanggung jawab atas tulisannya sendiri. Semua komentar harus dilandasi oleh cinta kasih Kristiani. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Kami berhak untuk tidak menampilkan atau mengubah seperlunya semua komentar yang masuk.